Mohon tunggu...
Karomah
Karomah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Blusukan ke Perbatasan untuk Pendidikan yang Meluas dan Berkeadilan

19 April 2017   04:19 Diperbarui: 19 April 2017   04:27 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyaknya penduduk yang ada di Indonesia, membuat pemerintah kuwalahan dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Salah satu penyebab timbulnya masalah sosial di Indonesia adalah kurangnya ilmu pendidikan yang diterima oleh anak-anak penerus bangsa. 

Akibat dari kurangnya pendidikan yang diterima oleh anak bangsa, memunculkan masalah-masalah sosial seperti halnya kriminalitas yang sering terjadi tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi juga di meluas ke daerah-daerah yang terpencil misalnua saja di daerah perbatasan. Masalah lain yang timbul akibat kurangnya pendidikan ialah masalah narkotika, dimana masa depan anak-anak bangsa terancam karena keberadaan barang haram tersebut, kini narkotika tidak hanya mencari korbannya di kota beasar, tetapi juga di tempat-tempat tertentu yang pengamanannya sangat kurang, misalnya di daerah perbatasan.

Oleh karena itulah pendidikan dianggap sebagai senjata yang paling ampuh untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang sering terjadi di Indonesia. Karena di dalam proses pendidikan seorang guru akan memberikan pengetahuan-pengetahuan yang belum pernah dimiliki oleh seorang murid. 

Dalam hal pendidikan ini seorang guru harus berperan aktif dalam memberikan ilmu, agar siswa didiknya mengenal serta memahami hal-hal apa saja yang baik untuk mereka serta dampak apa saja yang timbul akibat ia melakukan tindakan yang terlarang. Sehingga kelak ketika ia sudah menngerti akan lingkungan disekitarnya, mereka bisa menerapkan ilmu-ilmu yang didapatkannya di sekolah.

Namun sampai sekarang ini pendidikan di Indonesia masih belum bisa dikatakan merata, hal ini disebabkan karena letak geografisnya, dimana Indonesia ini terdiri dari berbagai macam pulau yang memungkinkan terhambatnya pendidikan yang akan masuk ke dalamnya. Selain letak geografis ada pula penyebab lain yang memungkinkan pendidikan di Indonesia tidak merata yaitu tradisi atau kebiasaan. Berbagai macam tradisi di Negara ini membuat penduduknya memiliki pemikiran yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. 

Misalnya saja anak-anak di daerah perkotaan, mereka lebih berfikiran ‘positif’ (dalam hal pendidikan) dan kreatif, sehingga mereka dapat merealisasikan ide-ide yang telah mereka dapat, beda halnya dengan anak-anak yang berada di perbatasan ataupun di daerah pedalaman mereka cenderung berfikir bagaimana caranya agar mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka. 

Karena adanya slogan yang kini sudah mendarah daging di diri mereka dan menjadi adat kebiasaan didaerahnya yakni ‘sekolah tinggi tak menjamin kehidupan’ kebiasaan mereka yang berpegang teguh pada slogan tersebutlah yang akhirnya membuat mereka berfikir bahwa bekerja lebih baik dibandingkan mencari ilmu. Padahal di usia mereka yang masih terbilang produktif, seharusnya orang tua mereka yang sudah terlebih dahulu terkungkung oleh adat kuno, memberi semangat kepada anak-anak mereka untuk terus belajar, agar mereka dapat menjadi orang-orang yang terdidik.

Karena itulah peran pemerintah disini seharusnya memberikan sosialisasi kepada anak-anak bangsa khususnya yang tinggal di daerah perbatasan, tidak hanya di perbatasan antar Negara namun juga anak-anak yang tinggal di perbatasan antar kota, dimana disitulah tempat yang rawan akan masuknya pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Melalui blusukan ke daerah-daerah tersebut,  Pemerintah diharapkan harus lebih aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan tidak hanya untuk bangsa saja melainkan juga untuk pribadi mereka masing-masing. 

Serta menghapus kebiasaan negatif yang ada dimasyarakatnya, sehingga tidak hanya para anak saja yang dapat menafsirkan pentingnya pendidikan namun juga mengubah pola fikir orang tua mereka untuk mendukung buah hati mereka, agar dapat berkreasi sebagaimana layaknya anak-anak dimasa produktif lainnya yang lebih dulu menerima pendidikan. Serta pemerintah harus bisa mengubah slogan yang menyebabkan anak-anak berfikiran negatif mengenai pendidikan, menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan yang harus dijalankan, bukan menjadikan pendidikan sebagai batu hambatan dalam mencari kebahagiaan. 

Proses sosialisasi mengenai pendidikan ini harus disampaikan pemerintah dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan criteria anak-anak pada umumnya, agar mereka tidak bosan dalam menerima apa yang disampaikan oleh pemerintah serta memahami betapa pentingnya pendidikan bagi mereka.

Dengan cara blusukan tersebut diharapakan agar anak-anak yang tinggal di daerah perbatasan mendapat porsi yang sama dengan anak-anak kota dalam hal pendidikan. Sehingga mereka tidak kalah saing dengan anak-anak lain seusianya serta menjadikan mereka penerus bangsa yang uggul dalam segala bidang. Pentingnya pendidikan untuk anak bangsa ini tidak hanya menghapus kebodohan di bumi pertiwi tetapi juga sebagai upaya pemerintah dalam memeratakan pendidikan di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun