Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gadis Indramayu yang Kabur, Potret Gagalnya Kita Mendampingi Anak Rapuh?

11 September 2025   09:20 Diperbarui: 11 September 2025   09:20 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemdes Kedungwungu saat jemput PA (13) dalam pelarian sebelumnya yang juga dilaporkan kabur ke Kab. Lamongan, Jatim (Dok Pemdes Kedungwungu)

Gadis Indramayu yang Kabur, Potret Gagalnya Kita Mendampingi Anak Rapuh? 

"Setiap anak yang hilang, sesungguhnya sedang berteriak meminta ditemukan—bukan sekadar jasadnya, melainkan juga jiwanya."

Oleh Karnita

Pendahuluan

PA, gadis 13 tahun asal Indramayu, tampak rapuh sekaligus gelisah. Tatapannya sering kosong, langkahnya ragu, seakan mencari rumah yang tak kunjung ia temukan. Di balik keberaniannya kabur jauh ke Lamongan, tersimpan sunyi seorang anak yang merindukan pelukan sederhana.

Mengapa seorang anak bisa berulang kali memilih jalan kabur, meski tahu akhirnya berujung telantar? Pertanyaan ini mengemuka setelah Kompas.com (11/9/2025) memberitakan kasus PA (13), gadis asal Indramayu yang kembali ditemukan di Lamongan. Fenomena ini menggelitik kita untuk merenung lebih dalam tentang kesepian anak-anak yang kerap luput dari perhatian.

Kasus yang mencuat lewat unggahan akun Instagram @purnomopolisibaik ini menyorot sisi rapuh seorang remaja yatim piatu. Ditinggalkan kedua orang tua sejak kecil, PA tinggal bersama neneknya yang renta di Indramayu. Namun, lima kali ia memilih pergi jauh, seakan ada daya tarik sekaligus jeritan sunyi yang tak tersampaikan.

Mengapa kisah ini penting kita cermati? Karena di balik kaburnya PA, terselip isu besar tentang pendidikan karakter, pengasuhan alternatif, hingga peran negara dalam melindungi anak rentan. Penulis merasa tertarik bukan semata pada sensasi kasusnya, melainkan pada urgensi refleksi: bagaimana bangsa ini menjaga generasi mudanya yang terluka?

1. Anak yang Kabur, Anak yang Sunyi

PA disebut Kepala Desa Kedungwungu sudah lima kali kabur dari rumah. Setiap kali, tujuannya Lamongan—tempat ia bahkan tidak memiliki kerabat, hanya “teman” dari media sosial. Perilaku berulang ini menyingkap tanda jelas: ada kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun