Kehadiran seorang pejabat di lingkaran sosial yang bermasalah memberi celah bagi delegitimasi kebijakan. Ia bisa dipersepsikan sebagai kompromi, walau sejatinya hanya kebetulan. Dari sinilah pentingnya sensitivitas etis dalam setiap aktivitas seorang pejabat.
Refleksinya jelas: kekuasaan bukan sekadar wewenang, tetapi juga cermin. Sekecil apapun sikap, ia akan ditafsirkan sebagai representasi kebijakan.
5. Pelajaran dari Meja Domino
Apa pelajaran terbesar dari insiden ini? Pertama, komunikasi publik harus selalu diantisipasi, bahkan dalam situasi informal. Kedua, pejabat publik harus berhati-hati dalam memilih ruang sosial yang bisa menimbulkan tafsir ganda. Ketiga, transparansi harus disertai konsistensi kebijakan.
Meja domino seolah mengingatkan kita bahwa simbol kecil bisa berdampak besar. Sebuah foto bisa mengikis kepercayaan yang dibangun bertahun-tahun, jika tidak segera diimbangi dengan ketegasan tindakan. Klarifikasi saja tidak cukup tanpa pembuktian nyata lewat penegakan hukum.
Dalam konteks lebih luas, publik menuntut bukti: bagaimana pemerintah benar-benar melawan pembalak liar, bagaimana hutan dijaga tanpa kompromi, dan bagaimana integritas pejabat diuji dalam realitas sehari-hari.
Penutup
Kasus ini bukan sekadar cerita seorang menteri yang bermain domino. Ia adalah refleksi tentang betapa rapuhnya kepercayaan publik jika simbol-simbol integritas tidak dijaga. Seperti kata pepatah, “Kepercayaan itu dibangun lama, tetapi bisa runtuh seketika.”
Dari meja domino, kita belajar bahwa kejelasan sikap dan transparansi adalah harga mati. Integritas tidak hanya soal apa yang kita lakukan, tetapi juga soal apa yang orang lihat kita lakukan. “Kekuasaan tanpa integritas hanyalah ilusi,” kata seorang filsuf, dan publik berhak menagih pembuktiannya. Wallahu a'lam.
Disclaimer
Tulisan ini merupakan analisis independen berdasarkan pemberitaan media. Penulis tidak memiliki afiliasi dengan pihak manapun yang disebutkan.