Elemen Bangsa Wajib Saling Merendah, Bukan Merendahkan!
"Kerendahan hati tidak merendahkan derajat, justru meninggikannya."
Oleh Karnita
Pendahuluan
Apa yang membuat rendah hati begitu penting dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat? Pertanyaan ini patut direnungkan, sebab Islam menempatkan kerendahan hati sebagai inti akhlak mulia. Namun di tengah kehidupan berbangsa, kita kerap menyaksikan sikap sebaliknya: banyak pejabat publik yang bukan saja gagal meneladankan kerendahan hati, tetapi malah merendahkan rakyat kecil lewat ucapan maupun kebijakan yang tidak peka.
Fenomena pamer kekayaan, perdebatan sengit di media sosial, hingga praktik saling menjatuhkan, semakin menegaskan betapa rendah hati kini kian langka. Nilai itu justru semakin urgen ketika kita melihat jurang antara elite dan rakyat makin lebar. Sikap angkuh pejabat—dari pernyataan yang menyinggung kaum miskin hingga kebijakan yang abai terhadap suara rakyat—menjadi cermin rapuhnya moralitas publik.
Maka, kerendahan hati tak cukup dianggap sekadar etika personal; ia harus menjadi tuntunan kolektif. Penulis memandang isu ini bukan semata kajian agama, melainkan refleksi sosial-politik kebangsaan. Rendah hati membentuk pribadi berakhlak, menyuburkan rasa persaudaraan, menekan ego sektoral, serta meredam bahasa kekuasaan yang menyakiti rakyat. Dalam konteks inilah, kerendahan hati wajib menjadi sikap dasar seluruh elemen bangsa—terutama para pemimpin—agar kehidupan sosial lebih adil dan damai.
1. Kerendahan Hati dalam Perspektif Agama
Dalam Islam, rendah hati atau tawadhu’ adalah akhlak yang sangat dijunjung tinggi. Nabi Muhammad SAW mencontohkan betapa seorang pemimpin sejati bukanlah yang mengangkat dirinya di atas orang lain, tetapi yang hadir dengan penuh kasih, empati, dan kelembutan. Kerendahan hati bukan berarti meniadakan otoritas, melainkan menjadikan kekuasaan sebagai amanah untuk mengabdi.
Ajaran ini relevan di tengah situasi bangsa yang rawan polarisasi. Saat elite lebih sibuk mempertontonkan ego dan klaim kebenaran, masyarakat justru membutuhkan teladan yang menghadirkan keteduhan. Kerendahan hati menjadi rem moral bagi siapa pun yang diberi mandat kepemimpinan agar tidak terjebak dalam arogansi.