Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Siapa Mengendalikan Roda Hukum di Jalan Senayan?

29 Agustus 2025   07:04 Diperbarui: 29 Agustus 2025   07:04 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen dramatis saat mobil polisi melindas seorang pendemo dan memicu amarah massa di Senayan, Kamis malam, 28 Agustus 2025. /X.com/@ilhampid

Siapa Mengendalikan Roda Hukum di Jalan Senayan?

"Hukum seharusnya menjadi rem, bukan gas yang membunuh."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Jakarta pada Kamis malam, 28 Agustus 2025, menjadi saksi tragedi memilukan ketika sebuah mobil rantis Brimob melindas Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, di tengah kerumunan demonstran. Peristiwa ini diberitakan secara rinci oleh Pikiran-Rakyat.com (29 Agustus 2025) dalam artikel berjudul "Kompol C dan 6 Anggota Brimob Kendalikan Mobil Rantis yang Tewaskan Affan Kurniawan" karya M Bayu Pratama. Liputan tersebut menyajikan kronologi yang hidup, disertai pengakuan pejabat kepolisian, sekaligus mengingatkan publik pada urgensi reformasi institusi.

Ketertarikan penulis untuk menelaah lebih jauh berasal dari gelombang emosi publik yang meluas, baik di jalanan maupun media sosial. Permintaan maaf Kapolri memang menyentuh, namun menyisakan pertanyaan mendasar: apakah keadilan akan ditegakkan dengan tuntas, atau kembali terjebak pada pola klasik permintaan maaf tanpa pembaruan sistemik. Artikel ini patut diapresiasi karena berani menyajikan data dan suara resmi, namun di saat bersamaan membuka ruang refleksi bagi masyarakat sipil.

Relevansi topik ini sangat nyata dalam konteks demokrasi Indonesia hari ini. Insiden Senayan bukan sekadar persoalan lalu lintas pengamanan massa, melainkan simbol rapuhnya relasi antara aparat dan rakyat yang mereka janjikan untuk lindungi. Dari sini kita dapat merenungkan: sampai kapan hukum menjadi tumpul ke atas, namun tajam ke bawah?

Luka Senayan dan Gelombang Amarah Publik

Tragedi di depan DPR menjadi titik balik hubungan publik dengan institusi kepolisian. Kehadiran mobil rantis yang seharusnya menjaga ketertiban justru merenggut nyawa seorang warga sipil. Adegan dramatis pengejaran oleh massa hingga Casablanca menandakan betapa kuatnya kemarahan rakyat terhadap aparatur negara.

Amarah publik yang membuncah tidak lepas dari rasa kehilangan kepercayaan. Saat aparat dianggap tidak lagi menjadi pelindung, rakyat secara instingtif merespons dengan perlawanan moral. Bukan sekadar aksi spontan, namun refleksi kolektif terhadap akumulasi ketidakadilan yang dirasakan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun