Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bom Waktu Whoosh, Optimisme atau Beban Baru?

25 Agustus 2025   16:53 Diperbarui: 25 Agustus 2025   16:53 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Membangun infrastruktur itu penting, tapi menjaga keberlanjutan jauh lebih mendesak."/Antara/ASPRILLA DWI ADHA ANTARA 

Bom Waktu Whoosh: Optimisme atau Beban Baru?

"Membangun infrastruktur itu penting, tapi menjaga keberlanjutan jauh lebih mendesak."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Pernahkah kita membayangkan sebuah proyek kebanggaan nasional justru berubah menjadi beban yang menakutkan? Di bawah langit Senayan, Jakarta, Rabu, 20 Agustus 2025, rapat Komisi VI DPR bersama jajaran BUMN menghadirkan pernyataan mengejutkan. Pikiran Rakyat (23/8/2025) menurunkan laporan berjudul “Kata Bos Danantara Soal 'Bom Waktu' Kereta Cepat Whoosh: Sedang Kami Bereskan Itu”, yang menggambarkan bagaimana infrastruktur prestisius itu kini menyisakan keresahan publik.

Urgensi berita ini tidak bisa dilepaskan dari fakta bahwa PT KAI, sebagai pemegang saham mayoritas di PSBI, harus menanggung konsekuensi besar. Direktur Utama PT KAI, Boby Rasyidin, menyebut proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sebagai “bom waktu” yang membebani keuangan perusahaan. Situasi ini menjadi relevan karena menyangkut keberlanjutan layanan transportasi publik dan kesehatan keuangan BUMN strategis.

Penulis tertarik mengulasnya karena isu ini bukan sekadar soal utang dan neraca keuangan. Lebih jauh, ia berkaitan dengan arah pembangunan nasional, prioritas pemerintah, dan kepercayaan publik pada proyek infrastruktur besar. Di tengah wacana efisiensi anggaran negara, beban finansial Whoosh menjadi cermin persoalan tata kelola BUMN yang perlu dievaluasi secara serius.

Proyek Prestisius yang Menjadi Beban

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung awalnya didengungkan sebagai simbol modernitas Indonesia. Infrastruktur ini diyakini akan mempercepat mobilitas, meningkatkan daya saing ekonomi, dan memberi citra positif di kancah global. Namun, fakta yang muncul justru berbanding terbalik dengan ekspektasi besar yang pernah dijanjikan.

Kini, narasi "bom waktu" menjadi sorotan karena risiko utang yang menumpuk dan sulit dikendalikan. PT KAI sebagai pemegang saham mayoritas harus menanggung konsekuensi jangka panjang. Publik mulai mempertanyakan apakah manfaat yang dirasakan sebanding dengan pengorbanan finansial yang dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun