Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PM Singapura Ingatkan Bahaya 'Screen Time', Apa Sikap Indonesia?

18 Agustus 2025   14:29 Diperbarui: 18 Agustus 2025   14:29 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PM Singapura Ajak Orangtua Tak Beri ‘Screen Time’ buat Anak.(Tangkapan layar via CNA)

PM Singapura Ingatkan Bahaya ‘Screen Time’, Apa Sikap Indonesia?

"Anak yang tumbuh tanpa layar berlebih, akan lebih mengenal dunia nyata dengan penuh percaya diri."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Pada 18 Agustus 2025, Kompas.com merilis artikel berjudul “Siapkan Generasi Masa Depan, PM Singapura Ajak Orangtua Tak Beri ‘Screen Time’ buat Anak”. Artikel ini menyoroti pidato Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong yang menyerukan agar orangtua membatasi paparan gawai bagi anak. Pidato tersebut disampaikan dalam National Day Rally di ITE College Central.

Topik ini relevan dengan situasi saat ini di mana anak-anak Indonesia juga menghadapi tantangan serupa. Ketergantungan pada gawai kian meningkat, terutama sejak pandemi yang mempercepat digitalisasi pendidikan dan hiburan. Pertanyaan pentingnya: apakah kita juga siap merumuskan kebijakan tegas seperti Singapura?

Saya tertarik membahas hal ini karena isu screen time tidak sekadar soal teknologi, melainkan menyangkut kualitas tumbuh kembang generasi muda. Pembatasan layar bukan hanya tugas orangtua, melainkan juga kebijakan negara. Maka, refleksi dari pengalaman Singapura dapat menjadi cermin bagi Indonesia.

1. Pesan Wong: Generasi Digital Harus Dilindungi

Lawrence Wong menegaskan bahwa bayi dan balita seharusnya tidak mendapatkan paparan layar sama sekali. Pernyataan ini sejalan dengan rekomendasi ilmiah dari WHO yang menekankan bahaya screen time pada usia dini. Pesannya jelas: terlalu dini mengenalkan gawai berpotensi merusak perkembangan kognitif dan emosional anak.

Wong juga mengingatkan agar orangtua tidak menggunakan ponsel sebagai “pengasuh” instan. Praktik ini memang kerap dilakukan ketika anak rewel atau sulit diatur. Namun, kebiasaan itu justru membentuk ketergantungan jangka panjang yang sulit diputus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun