Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menjaga Bahasa Ibu di Tengah Arus Globalisasi

14 Agustus 2025   13:02 Diperbarui: 14 Agustus 2025   13:02 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lima penulis bahasa daerah & Us Tiarsa terima Hadiah Sastera Rancagé 2025 di Bandung.* /DENI ARMANSYAH/KONTRIBUTOR "PR"

Menjaga Bahasa Ibu di Tengah Arus Globalisasi

"Bahasa adalah jiwa budaya; kehilangan bahasa berarti kehilangan jati diri."

Oleh Karnita

Pendahuluan

Aula Mandala Saba Dr. Djundjunan, Gedung Paguyuban Pasundan, Kota Bandung, pada Rabu (13/8/2025), menjadi saksi penganugerahan Hadiah Sastera Rancagé 2025. Pikiran Rakyat memuat kabar bahwa Hidayat Soesanto meraih penghargaan kategori sastra Sunda melalui kumpulan cerpen Anggota Déwan Ngagantung Manéh. Ajang ini juga menghadirkan penghargaan bagi penulis dari berbagai bahasa daerah lain di Indonesia.

Di tengah laju globalisasi, keberadaan karya sastra berbahasa daerah kian penting sebagai penopang identitas budaya. Hadiah Sastera Rancagé menjadi salah satu wadah yang mendorong pelestarian bahasa ibu. Isu ini menjadi relevan mengingat ancaman dominasi bahasa asing yang dapat mengikis kebanggaan berbahasa daerah.

Penulis tertarik menyoroti penganugerahan ini karena memadukan dua hal: kualitas karya sastra dan misi pelestarian bahasa. Penghargaan ini bukan sekadar selebrasi literasi, tetapi juga pengingat bahwa bahasa adalah aset yang harus diwariskan. Apalagi, formatnya mulai menyesuaikan zaman dengan membuka kemungkinan publikasi digital.

1. Anggota Déwan Ngagantung Manéh: Cerita di Balik Berita

Kumpulan cerpen karya Hidayat Soesanto ini dibagi menjadi dua bagian, yang pertama menyoroti dunia politisi. Cerita-cerita di bagian ini memadukan fakta dan imajinasi sehingga menjadi “cerita di balik berita” yang reflektif. Pembaca dapat merasakan kritik sosial yang cerdas melalui tokoh-tokoh yang merepresentasikan kekuasaan.

Pesan yang tersampaikan tidak hanya menyindir perilaku elite, tetapi juga menggugah kesadaran warga tentang konsekuensi politik. Bahasa Sunda yang digunakan memperkuat rasa keterhubungan dengan pembaca lokal. Kekuatan struktur dan ketepatan bahasa membuat karya ini kokoh secara sastra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun