Menyulam Kembali Jejak Perserikatan di Era Liga 3 dan Liga 4
"Sepak bola bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi tentang bagaimana kita pulang ke akar, membangun dari tanah tempat mimpi pertama kali ditanam."
Oleh Karnita
Pendahuluan
Pagi Semarang, 8 Agustus 2025, membawa kabar yang memercikkan gairah lama bagi pecinta sepak bola tanah air. Republika, memuat laporan hangat berjudul “PSSI Hidupkan Kembali Semangat Perserikatan: Liga 3 dan Liga 4 Digelar di Level Daerah”. Dengan gaya bahasa yang informatif sekaligus membangkitkan nostalgia, tulisan ini menangkap momen pertemuan Ketua Umum PSSI Erick Thohir dengan jajaran kepala daerah di Jawa Tengah. Penulis artikel ini merasa terpanggil untuk mengulasnya, bukan sekadar karena nilai berita yang tinggi, tetapi karena isinya menandai titik balik pembinaan sepak bola nasional.
Gagasan menghidupkan kembali kompetisi berjenjang dari desa hingga provinsi ini bukan hanya tentang turnamen. Ia adalah tentang mengembalikan denyut kehidupan olahraga rakyat pada akar sejarahnya. Liga 4 di tingkat kabupaten/kota dan Liga 3 di tingkat provinsi dihadirkan untuk membentuk jembatan menuju pentas nasional. Di sini, pembinaan bukan jargon, melainkan sistem yang dipetakan dengan jelas. Momentum ini relevan untuk dibicarakan, karena publik sepak bola Indonesia tengah mendambakan kesinambungan kompetisi yang melahirkan talenta alami.
Urgensinya tak sekadar di ranah olahraga. Program ini menyentuh ranah ekonomi daerah, identitas budaya, bahkan integrasi sosial di tengah masyarakat majemuk. Itulah mengapa topik ini patut menjadi bahan refleksi bersama. Dalam setiap gol yang akan tercipta di Liga 3 dan Liga 4 nanti, tersimpan kisah tentang desa yang bangkit, tentang kota yang kembali bersatu, dan tentang bangsa yang menemukan kebanggaannya di lapangan hijau.
1. Menghidupkan Kembali Jejak Perserikatan
Perserikatan pernah menjadi denyut nadi sepak bola Indonesia. Kompetisi ini melahirkan klub-klub legendaris yang membentuk identitas kota. PSSI kini berusaha menghidupkannya kembali dengan kemasan baru. Langkah ini menunjukkan kesadaran bahwa sejarah adalah fondasi masa depan.
Erick Thohir memposisikan Liga 3 dan Liga 4 sebagai kelanjutan dari semangat perserikatan. Tidak sekadar meniru format lama, tetapi memperbarui sistemnya sesuai kebutuhan zaman. Peran pemerintah daerah menjadi kunci, sebab sepak bola di level ini lahir dari rahim komunitas. Menghidupkan kembali atmosfer lokal menjadi salah satu tujuan utamanya.