Kebaya Tak Pernah Diam, Ia Menyatu dalam Langkah, Lembut dalam Suara, dan Teguh dalam Jati Diri
"Kami ingin orang melihat bahwa kebaya merupakan saksi perjalanan hidup perempuan" – Bramsky
Oleh Karnita
Pendahuluan
Panggung kecil itu tampak hidup. Di layar, ratusan perempuan dari berbagai penjuru Nusantara menari dan berjalan dalam balutan kebaya. Film pendek "Kita Berkebaya" resmi tayang 24 Juli 2025 di kanal YouTube Indonesia Kaya, bertepatan dengan peringatan Hari Kebaya Nasional.
Film ini tidak hadir untuk menggurui, melainkan mengajak merenung. Bahwa di balik selembar kain yang indah, terdapat sejarah, nilai, dan keberanian yang tak kasat mata. Kita Berkebaya menjadi ajakan halus untuk mencintai akar budaya, tanpa harus menolak arus zaman.
Sebuah produksi berdurasi 15 menit yang sederhana, tetapi penuh daya gugah. Karya ini layak diapresiasi atas kepiawaian kru dan para pendukungnya dalam memaknai kebaya secara kontemporer.
Momentum Hari Kebaya Nasional memang sudah lewat. Namun, pesannya tetap aktual dan relevan setiap saat—terutama dalam konteks upaya merawat identitas budaya bangsa. Penulis tertarik karena film ini tidak hanya menyampaikan gagasan budaya, tetapi juga menjadi ruang refleksi atas sejarah dan peran perempuan Indonesia.
Sinopsis Film “Kita Berkebaya”
Film pendek Kita Berkebaya merupakan karya sinematik kolaboratif antara Bakti Budaya Djarum Foundation dan Indonesia Kaya. Tayang perdana pada 24 Juli 2025, bertepatan dengan Hari Kebaya Nasional, film ini mengangkat semangat pelestarian kebaya sebagai identitas budaya perempuan Indonesia. Meski berdurasi hanya 15 menit, kisahnya padat makna dan penuh daya sentuh.