Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Kandang yang Lengah, Nyawa yang Melayang: Kematian Indukan Sapi dan Krisis Manajemen Peternakan

2 Agustus 2025   16:49 Diperbarui: 2 Agustus 2025   17:25 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas Dispernakan KBB meninjau kandang peternak di Lembang usai  belasan indukan sapi mati mendadakbukan karena virus. (PR/Dewiyatini)

Kandang yang Lengah, Nyawa yang Melayang: Kematian Indukan Sapi dan Krisis Manajemen Peternakan

"Yang Mati Bukan Hanya Sapi, Tapi Juga Sistem yang Lalai"
Oleh Karnita

Pendahuluan

Asap tipis mengepul dari atap kandang yang lembap di kaki Gunung Tangkuban Parahu. Aroma jerami basah bercampur amonia tercium tajam di udara. Itulah suasana pagi di Desa Cikahuripan, Lembang, yang berubah mencekam sejak belasan indukan sapi ditemukan mati mendadak.

Pada Jumat, 1 Agustus 2025, Pikiran Rakyat menerbitkan laporan bertajuk "Kematian Mendadak Belasan Indukan Sapi di Lembang Bukan Karena Virus" yang ditulis Dewiyatini dan diedit Nuryani. Laporan ini mengungkap fakta menarik: kematian sapi bukan disebabkan oleh virus menular, tetapi kelalaian manajemen nutrisi. Sebuah kerja jurnalistik yang jernih dan kontekstual di tengah kegelisahan peternak.

Penulis terpanggil untuk menanggapi laporan ini karena kasus tersebut tidak hanya menyangkut aspek teknis peternakan, tetapi juga menyentuh persoalan sistemik: lemahnya literasi peternak, longgarnya kontrol mutu pakan, serta absennya peringatan dini dari lembaga teknis. Kasus ini menjadi refleksi penting bagi pengelolaan pangan dan ketahanan ternak di daerah penghasil susu ternama.

1. Kematian Tanpa Wabah: Salah Diagnosis, Salah Strategi

Bagi sebagian warga, kematian mendadak pada hewan ternak langsung dikaitkan dengan virus menular seperti PMK. Kekhawatiran ini tidak sepenuhnya keliru. Dalam sejarahnya, wabah kerap menjadi sebab utama.

Namun hasil laboratorium dari Dispernakan Bandung Barat menampik asumsi itu. Tidak ditemukan virus, luka mulut, atau air liur berlebihan. Darah sapi pun dalam batas normal. Artinya, dugaan awal masyarakat terbukti salah.

Kondisi ini menyiratkan pentingnya edukasi dan kanal informasi yang akurat bagi peternak. Bila persepsi tidak segera diluruskan, dampaknya bisa berlipat: hoaks berkembang, pasar terguncang, dan kepercayaan runtuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun