Kunci keberhasilan Kampung KB Kokolaka juga terletak pada kehadiran Rumah Data Kependudukan (RDK). Ini bukan sekadar tempat menyimpan angka, tetapi pusat pengambilan keputusan komunitas berbasis data. Pendekatan ini krusial karena banyak daerah masih bekerja dalam kabut statistik yang tak diperbarui atau tidak akurat.
Ketua RDK, Dwi Sayekti Kadarini, menegaskan bahwa pembinaan dan pendampingan yang mereka lakukan berbasis pada data real-time yang menyasar keluarga dengan anak rawan stunting. Pendekatan ini memungkinkan intervensi tepat sasaran, bukan sekadar imbauan massal yang sering tidak menyentuh kelompok yang paling rentan.
Dalam konteks ini, RDK menjadi bukti bahwa literasi data di tingkat komunitas bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan. Ketika informasi dipahami dan dimiliki oleh warga, maka kontrol terhadap masa depan mereka pun semakin nyata. Ini seharusnya menjadi rujukan bagi kebijakan nasional yang ingin memberdayakan desa, bukan sekadar mengarahkan dari pusat.
3. Urban Farming dan Pembalikan Stigma: Bertani di Tengah Kota
Stigma bahwa pertanian tak relevan di wilayah urban dipatahkan oleh praktik urban farming di Kokolaka. Taman Tanaman Obat Keluarga (Toga) yang dikembangkan warga tidak hanya memperkuat ketahanan pangan keluarga, tapi juga menumbuhkan kesadaran ekologis dan kesehatan.
Langkah ini menandakan pentingnya inovasi lokal dalam menyiasati keterbatasan ruang dan sumber daya. Di tengah kota yang padat, warga menciptakan sumber pangan mandiri yang langsung menyasar kebutuhan nutrisi. Bukan hanya simbolis, tapi benar-benar fungsional.
Kebijakan nasional perlu menangkap pesan ini. Ketahanan pangan bukan hanya soal gudang beras atau lumbung desa, melainkan kemandirian rumah tangga dalam mengakses pangan sehat. Urban farming bisa menjadi pilar baru dalam program penurunan stunting, terutama di wilayah perkotaan dengan tingkat kerentanan tinggi.
4. Pendampingan Calon Pengantin: Intervensi Sejak Sebelum Kehamilan
Kampung KB Kokolaka juga menekankan pentingnya edukasi dan pendampingan sejak sebelum kehamilan. Calon pengantin, ibu hamil, dan ibu menyusui mendapat pendampingan intensif agar mereka memiliki kesiapan gizi dan pola hidup sehat sejak dini.
Pendekatan ini merupakan shift penting dari strategi reaktif menjadi preventif. Bukannya menunggu anak lahir dan menunjukkan gejala stunting, kampung ini justru menyasar titik paling awal: calon orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa stunting bukan sekadar soal bayi, tetapi sistem sosial dan budaya di sekitarnya.