Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Passive Income adalah Napas Kedua Keluarga Modern

2 Juli 2025   06:51 Diperbarui: 2 Juli 2025   06:52 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
“Keberkahan bukan terletak pada banyaknya, tetapi pada manfaat dan ketenangan yang menyertainya.” (dok. Sahabat Pegadaian)

Kita perlu kembali ke prinsip kesederhanaan yang berorientasi pada keberlanjutan, bukan kecepatan. Sebab keberkahan bukan hanya soal jumlah, tapi juga soal ketenangan dan kejelasan tujuan.

5. Dari Investasi ke Ibadah: Menautkan Dunia dan Akhirat

Pesan terpenting dari narasi sakinah finance adalah bahwa keuangan bukan domain terpisah dari spiritualitas. Mengelola passive income bukan hanya tentang menghindari kerugian, tetapi juga memaknai rezeki sebagai amanah. Saat passive income mendukung wakaf, zakat, dan sedekah, maka ia berubah dari alat ekonomi menjadi jalan ibadah.

Sayangnya, pendekatan ini sering hilang dari kurikulum ekonomi rumah tangga atau bahkan dari ceramah agama yang terlalu normatif. Padahal, pemahaman bahwa uang adalah sarana ibadah bisa menjadi motivasi terbesar untuk pengelolaan yang bijak, bukan panik.

Dengan demikian, sakinah finance menjadi bukan hanya tujuan finansial, tetapi juga perjalanan spiritual. Ini adalah bentuk 'hijrah keuangan' dari gaya hidup konsumtif ke gaya hidup produktif dan berkeadaban.

Penutup

“Keberkahan bukan terletak pada banyaknya, tetapi pada manfaat dan ketenangan yang menyertainya.”

Dalam dunia yang semakin tidak pasti, passive income hadir bukan sebagai pelarian, melainkan sebagai perencanaan. Namun, ia hanya akan menjadi berkah bila disertai niat baik, ilmu yang benar, dan pengelolaan yang bijaksana. Seperti kata pepatah, "Rezeki itu bukan hanya yang kita cari, tapi juga yang kita kelola."

Masyarakat kita membutuhkan lebih banyak ruang diskusi dan kebijakan yang mendorong pengelolaan keuangan sakinah, bukan hanya yang menguntungkan. Passive income bisa menjadi instrumen utama dalam membangun ketahanan keluarga—asal tidak dibungkus dengan euforia kosong dan ilusi cepat kaya.

Sebagaimana uang bisa menjadi fitnah, ia juga bisa menjadi amanah. Dan saat ia mengalir dalam rel spiritual dan sosial yang benar, passive income bukan hanya membuat kita kaya, tetapi juga tenang. "Keberkahan bukan terletak pada banyaknya, tetapi pada manfaat dan ketenangan yang menyertainya."

Daftar Pustaka:

  1. Otoritas Jasa Keuangan. "Literasi dan Inklusi Keuangan Masyarakat Indonesia 2022." OJK.go.id, 2022.
  2. Kompas. "Perempuan dan Literasi Keuangan: Peran Strategis dalam Ketahanan Keluarga." Harian Kompas, 20 Februari 2023.
  3. Republika. "Investasi Berbasis Nilai Islam untuk Keluarga Muda." Republika.co.id, 12 November 2023.
  4. KemenPPPA. "Strategi Nasional Pemberdayaan Perempuan di Bidang Ekonomi." Kemenpppa.go.id, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun