Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Macet Menjerat Sawangan: Ketika Jalan Tak Lagi Memberi Jalan

28 Juni 2025   15:46 Diperbarui: 28 Juni 2025   15:46 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lalu lintas kendaraan di Jalan Raya Sawangan, Senin (16/6/2025).(KOMPAS.com/DINDA AULIA RAMADHANTY)

Macet Menjerat Sawangan: Ketika Jalan Tak Lagi Memberi Jalan

"Kota yang baik bukan hanya dilihat dari megahnya bangunan, tetapi dari cara ia memuliakan warganya lewat ruang gerak yang manusiawi."

Oleh Karnita

Pendahuluan: Di Jalan Ini, Waktu Seolah Berhenti

Senja tak selalu datang membawa ketenangan. Di Jalan Raya Sawangan, Kota Depok, senja kerap datang bersama deru mesin yang nyaris tak bergerak. Klakson-klakson beradu nyaring, mengiringi antrian kendaraan yang mengular tanpa akhir. Jalanan menjadi semacam labirin tanpa kepastian, tempat di mana sabar dan lelah berpadu dalam satu ruang sempit.

Laporan Kompas.com bertanggal 26 Juni 2025 menampilkan pengalaman yang tak hanya informatif, tapi juga imersif---mengajak pembaca "ikut terjebak" dalam rute bus Transjabodetabek dari Lebak Bulus menuju Terminal Sawangan. Sebuah peliputan yang patut diapresiasi karena menangkap denyut permasalahan publik dari jarak sangat dekat: realitas keseharian warga, bukan sekadar angka dan statistik.

Saya tertarik menanggapi tulisan ini karena Sawangan adalah potret banyak kawasan urban di Indonesia: tumbuh pesat namun tertinggal dalam hal infrastruktur dasar. Tulisan ini mencoba menyumbangkan sudut pandang reflektif---bahwa kemacetan bukan hanya soal jalan sempit, melainkan soal paradigma membangun kota dan keberanian mengevaluasi prioritas.

1. Jalan Padat, Napas Kehidupan Tersendat

Kemacetan di Sawangan kini bukan sekadar kejadian rutin, melainkan sudah menjadi ritus harian. Seperti yang dituturkan Dina, seorang warga Bedahan, waktu tempuh dari tol ke terminal bisa mencapai satu jam. Realitas ini tentu berdampak pada kualitas hidup: kelelahan, stres, hingga waktu produktif yang terkikis.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kapasitas jalan tak lagi mampu menampung laju pertumbuhan wilayah. Pertambahan hunian dan kendaraan tidak diimbangi dengan pelebaran infrastruktur. Namun, alih-alih menyalahkan siapa pun, mungkin sudah saatnya kita melihat ini sebagai panggilan untuk menyusun ulang narasi pembangunan. Bahwa kota bukan semata tentang ekonomi, tapi juga tentang keterjangkauan dan kelancaran mobilitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun