Artikel ini mencoba menyigi realitas tersebut. Bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menyarankan satu hal sederhana: mari siapkan diri dari sekarang, bukan hanya untuk bertahan, tapi juga untuk membuka kemungkinan baru.
1. "Tiba-Tiba Hari Itu Datang"
PHK, bagi banyak orang, datang seperti petir di siang bolong. Tak ada aba-aba. Tak sempat menyiapkan apa pun. Dan ketika surat keputusan itu datang, hidup seolah berhenti sejenak.
Yang terjadi kemudian adalah fase limbo---antara rasa kehilangan dan kebutuhan mendesak untuk tetap hidup. Di titik inilah, kesiapan mental dan keuangan diuji. Siapa yang punya simpanan, masih bisa tarik napas. Siapa yang hidup dari gaji ke gaji, bisa langsung goyah.
Bukan untuk menyalahkan, tapi untuk belajar: skenario buruk memang jarang diumumkan. Tapi justru karena itu, ia layak dipersiapkan.
2. "Gagal Menyusun Rencana, Berarti Merencanakan Kegagalan"
Kita tak bisa mengontrol kapan badai datang, tapi kita bisa memilih membawa payung atau tidak. Banyak orang yang selamat bukan karena hebat, tapi karena punya rencana cadangan.
Perencanaan keuangan jadi pondasi penting. Bukan hanya tabungan darurat, tapi juga pemetaan pengeluaran esensial, kewajiban yang bisa ditunda, dan aset yang bisa dikembangkan. Termasuk juga mulai memikirkan potensi penghasilan alternatif.
Bahkan saat masih bekerja, memikirkan skenario "bagaimana jika harus mulai dari nol" bukanlah tanda pesimis, tapi cermin kewaspadaan.