Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pelatihan Mobile Training Unit: Membuka Pintu Masa Depan dari Lorong-Lorong Kota

29 April 2025   11:42 Diperbarui: 30 April 2025   15:55 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, membuka Program Pelatihan Mobile Training Unit (MTU) (Dok. Kompas.com)

Mengajari adalah satu hal, membimbing hingga mandiri adalah hal lain. Dalam konteks pelatihan keterampilan, pendampingan pasca-program—seperti magang, konsultasi bisnis, atau fasilitasi alat kerja—adalah langkah vital.

MTU Jakarta perlu mengembangkan sistem pendampingan terstruktur. Misalnya, peserta teknisi las yang lulus dapat diarahkan magang di bengkel tertentu. Peserta tata busana bisa diajari manajemen usaha kecil setelah mahir menjahit.

Model MTU ini bisa menjadi standar baru di daerah lain: pelatihan-plus-pendampingan. Sebab, investasi sumber daya manusia tak selesai di ruang kelas keliling saja; ia harus berlanjut ke ranah nyata kehidupan ekonomi.

5. Keterlibatan Komunitas: Membangun Rasa Memiliki

Keberhasilan MTU bukan hanya terletak pada berapa banyak bus yang beroperasi, tapi juga seberapa dalam komunitas setempat merasa dilibatkan. Di Jakarta, lokasi pelatihan seperti gereja atau rusunawa dipilih untuk mendekatkan MTU dengan masyarakat.

Ini langkah cerdas yang bisa diperluas: mengajak tokoh masyarakat menjadi penghubung, membentuk panitia lokal untuk rekrutmen peserta, atau mengadakan career day sederhana setelah pelatihan berakhir.

Jika daerah lain ingin MTU mereka hidup dan berdampak, keterlibatan komunitas harus menjadi ruh program. Pelatihan yang lahir dari kebutuhan lokal, bukan sekadar kiriman program dari atas, akan jauh lebih berdaya dan berkelanjutan.

6. Pembiayaan Inovatif: Agar Roda Tetap Berputar

Membiayai operasional bus MTU, instruktur, dan peralatan tentu bukan perkara kecil. Ketergantungan pada APBD semata bisa membuat program ini stagnan dalam jangka panjang.

Jakarta bisa mulai membuka skema pembiayaan campuran: menggandeng CSR perusahaan lokal, koperasi warga, hingga LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi. Dengan pola public-private partnership, MTU bisa lebih dinamis dan fleksibel menjangkau lebih banyak warga.

Bagi daerah lain yang ingin mengadopsi model ini, penting untuk memikirkan sejak dini ekosistem pendanaan yang kreatif, bukan sekadar mengandalkan proyek tahunan yang rawan terhenti saat anggaran berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun