Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Berjuanglah dengan Kepala Tegak!"

23 April 2025   04:25 Diperbarui: 23 April 2025   17:08 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesan Mendikti Brian untuk Pejuang UTBK 2025 (Dok. Kompas.com)

"Berjuanglah dengan Kepala Tegak!"

Pesan Mendikti Brian untuk Pejuang UTBK 2025

Oleh Karnita 

Pendahuluan 

"Jangan gentar. Jangan menyerah. Tunjukkan yang terbaik." - Brian Yuliarto, Mendiksaintek
Seruan itu mengalun lirih tapi kuat dari Menteri Pendidikan Tinggi Sains Teknologi, Brian Yuliarto, kepada seluruh peserta UTBK SNBT 2025. Ujaran yang ia unggah di akun Instagram resmi SNPMB pada Selasa malam (22 April 2025) menjelang dimulainya ujian esok harinya, menyuarakan harapan dan keyakinan. Mulai 23 April hingga 5 Mei 2025, ribuan siswa akan menghadapi ujian penting penentu masa depan mereka. Tapi kali ini, semangat perjuangan itu tak datang dari soal, melainkan dari keyakinan diri dan etika.

Disampaikan dalam bahasa yang hangat dan menggugah, Mendikti Brian menyebut UTBK bukan sekadar ujian, melainkan "medan ujian", tempat kejujuran dan ketekunan diuji. Pesan moral ini menjadi penting, terutama ketika integritas akademik kerap dibayangi oleh tekanan prestasi. Dalam kalimat yang penuh makna, ia mengajak peserta untuk menolak jalan pintas dan menjunjung tinggi kejujuran. Tak banyak pejabat publik yang memilih jalur narasi emosional semacam ini---dan justru karena itulah, pesannya terasa menyentuh.

Dibalik suara penyemangat itu, tersirat pula pesan sosial dan tanggung jawab kolektif. Bahwa pendidikan bukan hanya urusan siswa dan soal, tetapi medan nilai yang menyangkut keluarga, sekolah, hingga negara. Di tengah era ketika mesin pencari lebih cepat dari guru, dan tekanan sosial media lebih keras dari motivasi internal, pesan Brian terasa sebagai pelita di tengah kabut. Namun, tentu saja, pelita saja tak cukup---perlu bahan bakar dari sistem yang berpihak dan manusia dewasa yang hadir mendampingi.

1. Ketika Ayah Hadir Sebagai Penenang

Dalam momen penuh tekanan seperti UTBK, kehadiran ayah atau figur laki-laki dalam keluarga menjadi krusial. Sering kali peran ini tergantikan oleh guru les atau bahkan motivator daring. Padahal, sebuah pelukan ayah, atau sebaris kalimat seperti "Apa pun hasilnya, Bapak bangga," bisa lebih menenangkan dari ribuan simulasi soal.

Brian mencontohkan narasi ayah bagi bangsa---ia menyapa peserta dengan panggilan "anak-anakku". Ini bukan sekadar gaya bahasa, tetapi sinyal bagaimana sosok ayah (atau figur dewasa) dibutuhkan bukan hanya dalam ekonomi keluarga, melainkan juga dalam perjalanan emosional remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun