60 Nyawa di Punggung Sugianto
Oleh Karnita
"Aku cuma nelayan biasa. Tapi malam itu, mereka semua jadi nenekku." --- Sugianto
Â
Api di Ujung Desa, Pahlawan dari Seberang Laut
Kebakaran besar yang melanda pesisir Yeongdeok, Gyeongsang Utara, Korea Selatan, pada 25 Maret 2025, menjadi salah satu bencana terparah tahun ini. Api bermula dari hutan di Uiseong dan dalam waktu dua jam meluas sejauh 25 kilometer, menyapu Andong, Cheongsong, hingga ke desa nelayan di Yeongdeok. Dalam kekacauan itu, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bernama Sugianto (31) tampil menjadi cahaya di tengah asap.
Kawasan yang terdampak paling parah adalah Gyeongjeong 3-ri, tempat tinggal puluhan lansia yang nyaris tak bisa menyelamatkan diri. Api datang cepat, listrik dan komunikasi lumpuh, dan sebagian besar warga sedang tertidur ketika asap pertama tercium. Dalam waktu singkat, semuanya menjadi abu---kecuali satu hal: kemanusiaan yang melintas batas negara.
"Saya pikir, saya tidak bisa membiarkan nenek-nenek itu sendirian. Mereka seperti keluarga saya sendiri," ujar Sugianto, masih terdengar parau setelah hari-hari tanpa tidur usai bencana.
Dia Datang Membawa Nafas: Sugianto dan 60 Jiwa yang Terselamatkan
Sugianto tidak membawa senjata, tidak juga memakai pelindung. Yang dia bawa hanyalah ketulusan, keberanian, dan tubuh yang tak kenal lelah. Ia bolak-balik menyusuri bukit sepanjang 300 meter, menggendong para lansia satu per satu, dibantu Leo---rekan sesama nelayan asal Indonesia.