Kondisi ini menyebabkan ketidakadilan ekonomi yang semakin tajam. Usaha kecil yang menjadi tulang punggung perekonomian lokal dipaksa bersaing dengan perusahaan besar yang memiliki sumber daya jauh lebih banyak. Hal ini menciptakan kesenjangan yang tidak hanya berdampak pada usaha kecil, tetapi juga memperburuk ketimpangan ekonomi di masyarakat.
Jika tidak segera diatasi, situasi ini akan menimbulkan krisis tata kota yang berdampak luas pada keberlanjutan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan Tata Ruang: Antara Regulasi dan Realitas
“Rencana tata ruang itu ada, tapi siapa yang benar-benar mematuhinya?” — (Dr. Sugeng Prakoso, Pakar Kebijakan Publik)
Banyak regulasi tata ruang yang sudah dirancang dengan baik, tetapi implementasinya sering kali lemah. Pengembang besar memiliki akses lebih besar terhadap kebijakan, sementara masyarakat kecil justru terdampak oleh perubahan tata ruang yang tidak adil.
Perencanaan tata kota yang ideal seharusnya mengutamakan keseimbangan antara ekonomi, ekologi, dan kesejahteraan sosial. Namun, pada kenyataannya, banyak keputusan yang lebih dipengaruhi oleh kepentingan modal daripada kebutuhan publik.
Solusi: Menyeimbangkan Profit dan Keberlanjutan
“Keuntungan besar hari ini bisa jadi bencana esok hari.” — (Dian Kusuma, Peneliti Ekonomi Berkelanjutan)
Daripada sekadar mengejar keuntungan jangka pendek, ada beberapa solusi yang bisa diterapkan:
1. Pembangunan Berbasis Tata Ruang Berkelanjutan