Meski Laba Besar, Jangan Terus Gadai Lahan Segar!
Oleh Karnita
"Ekonomi itu soal keseimbangan, tapi ruang hidup jangan jadi taruhannya." — (Dr. Budi Santoso, Ekonom Perkotaan)
Tata ruang yang digadaikan demi laba mengancam lingkungan, sosial, dan ekonomi. Solusi: pembangunan berkelanjutan, hunian inklusif, dan kolaborasi lokal.
Pembangunan ekonomi dan tata ruang adalah dua hal yang seharusnya berjalan beriringan. Namun, dalam praktiknya, banyak kebijakan yang lebih mengutamakan kepentingan ekonomi jangka pendek dibandingkan dengan keberlanjutan ruang hidup. Fenomena ini terlihat jelas dalam maraknya alih fungsi lahan, pembangunan infrastruktur yang mengorbankan ruang hijau, serta eksploitasi kawasan pesisir dan pertanian demi investasi properti dan industri.
Di berbagai kota besar, alih fungsi lahan untuk proyek komersial dan residensial sering kali mengabaikan dampak ekologis dan sosial. Keputusan yang diambil tanpa perencanaan matang berpotensi merusak keseimbangan ekosistem dan mengorbankan akses masyarakat terhadap ruang publik yang layak.
Ketika Uang Mengatur Ruang
“Membangun kota bukan sekadar menumpuk beton, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem.” — (Prof. Arief Suryono, Pakar Tata Kota)
Pertumbuhan kota yang pesat sering kali mengorbankan aspek keberlanjutan. Jakarta, misalnya, telah kehilangan lebih dari 30 persen ruang terbuka hijaunya dalam dua dekade terakhir. Akibatnya, banjir semakin parah, suhu meningkat, dan kualitas udara memburuk.