Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Rakyat: Antara Cita-Cita dan Realita yang Tak Sederhana

17 Maret 2025   10:14 Diperbarui: 17 Maret 2025   10:14 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Mengecek kesiapan sekolah rakyat di Pati, Jateng (Sumber: Freepik)

Yang menyakitkan adalah ini: mengapa kita harus menciptakan Sekolah Rakyat, jika sistem pendidikan nasional kita sejak awal inklusif dan berpihak pada semua? Bukankah ini menjadi indikator bahwa sistem kita telah gagal mengakomodasi lapisan masyarakat terbawah? Sekolah Rakyat, dalam bentuk terbaiknya, justru menjadi refleksi bahwa sekolah formal gagal menjalankan fungsi sosialnya.

Sekolah Rakyat dan Bahaya Pengistimewaan

Jika Sekolah Rakyat menjadi terlalu istimewa---gratis, diasramakan, dengan kurikulum khusus---ia bisa menimbulkan ketimpangan baru. Bayangkan jika siswa sekolah reguler merasa menjadi warga kelas dua karena tak mendapat fasilitas serupa. Bukankah ini justru melestarikan dikotomi pendidikan: antara "sekolah rakyat" dan "sekolah orang"?

Sekolah Rakyat Bukan Sekolah Abadi

Tanpa reformasi sistem pendidikan nasional yang menyeluruh, Sekolah Rakyat akan jadi solusi jangka pendek yang usianya seumur pemerintahan. Ia bisa saja lahir dengan gegap gempita, namun akan tenggelam ketika ganti menteri atau pemimpin. Pendidikan yang berkelanjutan tidak bisa bergantung pada program-program proyekif dan politis.

Solusi Alternatif: Perkuat Sekolah Reguler, Jadikan Lebih Setara

Alih-alih membuat institusi baru, bagaimana jika pemerintah menyalurkan energi dan dana besar itu untuk memperkuat sekolah reguler yang sudah ada? Berikan afirmasi khusus bagi siswa dari keluarga miskin di sekolah-sekolah umum. Tambahkan program pendampingan sosial, pemberian makan siang, atau transportasi gratis.

Beri Wewenang Daerah, Dekatkan dengan Komunitas

Pendidikan yang baik lahir dari pemahaman lokal. Sekolah Rakyat semestinya tidak bersifat top-down, tapi menjadi hasil kolaborasi antara pusat dan daerah, serta melibatkan komunitas. Anak-anak harus tumbuh dalam konteks sosial mereka, bukan dimasukkan ke dalam "lembaga steril" yang justru menjauhkan mereka dari akar kehidupan.

Transformasi Pendidikan Butuh Kesabaran, Bukan Sensasi

Transformasi sejati tidak lahir dari satu atau dua tahun. Ia perlu waktu, konsistensi, dan keberanian untuk merevisi jika keliru. Pendidikan bukan panggung politik. Anak-anak bukan statistik. Sekolah Rakyat akan bermanfaat bila sungguh-sungguh menjadi proyek kemanusiaan, bukan sekadar proyek kebijakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun