Mohon tunggu...
Jurnalis Maritim
Jurnalis Maritim Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi

Informasi seputar dunia maritim

Selanjutnya

Tutup

Money

50 Tahun Samudera Indonesia: Berangkat dari Modal 100 Ribu Rupiah (4)

25 Oktober 2014   16:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:47 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bongkar muat petikemas

Meski mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan selama rezim Orde Baru berkuasa, pada kenyataannya Samudera Indonesia terus tumbuh menjadi pelayaran terkemuka dengan berbagai jenis usahanya. Aset terutama dalam bentuk kapal terus bertambah. Begitu juga rute pelayaran baik domestik maupun internasional yang juga terus bertambah.

Seperti disebutkan pada tulisan sebelumnya, keberhasilan ini tidak terlepas dari kemampuan menjaga kepercayaan dari para mitra kerjanya. Tanpa dukungan politik sebagaimana perusahaan yang tumbuh dan besar di era Orde Baru, Samudera Indonesia memiliki ‘senjata ampuh’ agar mitra kerjanya tidak beralih kepada perusahaan lain. ‘Senjata ampuh’ itu tak lain profesionalisme dalam pelayanan.

Jika melihat latar belakang sang pendiri, Soedarpo Sastrosatomo, yang berlatar belakang diplomat, keberhasilan mengelola perusahaan sehingga menjadi maju pesat itu memang mengherankan. Apalagi sebelumnya Soedarpo sendiri dikenal sebagai aktivis pejuang yang lebih banyak mengurusi urusan diplomasi Indonesia di luar negeri ketimbang bisnis.

Sedikit catatan, mundurnya Soedarpo dari dunia diplomat tak lepas dari sikapnya yang merasa susah mengikuti tata cara birokrasi. Birokrasi dirasakannya sebagai suatu ‘strait jacket’, baju mengikat, pengekang.  Ia tidak suka hidup dalam suatu ‘bureaucratic strait jacket. Ia tidak nyaman ketika harus berpidato, mengawalinya dengan menuliskan kerangka (outline), lalu mengirimkannya kepada dubes untuk persetujuannya. Ia pun mengajukan permohonan berhenti.

Pada awalnya, pemerintah tidak menerima pengunduran diri Soedarpo sebagai diplomat yang waktu itu ditugaskan di Kedutaan Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Bahkan Sekjen Kementerian Penerangan, Roeslan Abdulgani pun memintanya untuk mengurungkan niat tersebut. Tapi tekad itu sudah bulat. Dia ingin keluar dari dunia diplomat dan berkarir di bidang lain.

Maka pada tanggal 6 Februari 1952, keluarga Soedarpo bersama ibu mertuanya Ny Syarifah Nawawi  berlayar dari pelabuhan New York dengan kapal “Rijndam” dari Holland-America Line menuju Rotterdam, Belanda.  Sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Indonesia, dia menginap di rumah MT Haryono, atase militer Indonesia di Den Haag. Pada akhir Februari, Soedarpo dan keluarganya melanjutkan perjalanan ke Indonesia dengan naik kapal “Oranje”  untuk pelayaran selama tiga minggu melalui Southampton, Port Said Colombo, Singapura dan berakhir di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.

Setelah ‘nganggur’ selama beberapa bulan dan memikirkan kegiatan yang akan dilakukannya pasca tidak menjadi diplomat lagi, bulan Oktober 1952 dia mendirikan Soedarpo Corporation (SC) dengan modal 100.000 rupiah. Sebagian modal itu pun dia peroleh dari uang yang dia titipkan kepada pedagang Abdul Wahid dari Tasikmalaya yang memilik usaha berjualan kertas koran, dan barang-barang besi.

Dengan modal sebesar itu, Soedarpo memulai belajar usaha ekspor impor barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Bekal kemampuan berdiplomasi rupanya cukup efektif dalam meyakinkan para calon pelanggannya untuk menggunakan jasa perusahaannya melakukan aktivitas ekspor impor.  Dari usaha ini, Soedarpo makin tahu seluk-beluk usaha di bidang ekspor impor dan pelayaran.

Kesempatan itu pun muncul. Pada bulan november 1952, wakil perusahaan pelayaran Amerika Isthmian Lines datang ke Jakarta. Ketika itu Executive Vice President Archibald King menanyakan kepada Soedarpo apakah mereka bisa bertemu saat kunjungan di Jakarta.

“We need your help,” kata King.

“Any Time,” ujar  Soedarpo.

“We want you take over a shipping agency which looks after the interest of isthmian Lines,”

“I like to do.itu but i don’t know anything about shipping,”

“That’s easy. What we need is an Indonesian company and your management. That you can do”.

Mendapat kepercayaan sebagai agen pelayaran asing di Indonesia, membuat Soedarpo bekerja keras untuk membuktikan dia mampu menjalankan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya.

[caption id="" align="aligncenter" width="470" caption="Bongkar muat petikemas"][/caption]

Maka berbekal pengalaman bertahun-tahun sebagai pengusaha ekspor impor dan agen perusahaan pelayaran yang dijalaninya sejak tahun 1952, dua belas tahun kemudian (tahun 1964) Soedarpo pun mendirikan perusahaan pelayaran sendiri yang bernama Samudera Indonesia. Pada awal berdirinya, Samudera Indonesia tidak tumbuh dengan mudah. Terlebih lagi rezim yang baru berkuasa pun tidak menghendaki perusahaan tumbuh menjadi besar.

Tapi dengan keuletan, kegigihan, profesional, kemampuan menjaga kepercayaan dari para pelanggan, berbagai kesulitan itu pun bisa dilalui. Samudera Indonesia terus tumbuh menjadi perusahaan yang kini mempekerjakan ribuan orang karyawan. Semua itu diawali bukan dari modal yang besar, namun dengan hanya uang 100 ribu rupiah.*** [bersambung]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun