[caption caption="Kompasiana.com"][/caption]Dear Diary..,
Minggu, 01 Februari 2009
Hari ini merupakan hari terakhir saya melihatnya dan hari ini juga merupakan hari pertama saya belajar untuk tidak melihatnya. Untuk pertama kalinya rantai keluarga kami terputus. Mulai hari ini akan selalu ada satu kursi yang kosong di meja makan kami.
Selamat jalan Ayah.., kami mencintaimu namun Tuhan lebih mencintai Ayah.
Dear Diary..,
Senin, 01 Februari 2010
Tidak terasa sudah setahun tidak melihatnya. Saya begitu sangat merindukannya, sampai-sampai saya ingin sekali kembali kemasa lalu hanya sekedar untuk melihatnya dari jauh. Saya ingin menariknya keluar dari mimpiku dan membawanya kembali kesini.
Saya ingin merasakan lagi kedua tangannya yang kuat ketika mendekapku disela-sela dadanya yang hangat. Saya ingin menyusuri kembali jejak kakinya yang menuntunku ke sekolah pada masa itu. Saya ingin melihat kembali tatapan kedua matanya yang lelah karena bekerja siang malam hanya untukku.
Saya ingin lebih menyadari lagi bahwa betapa saya sangat dicintai olehnya. Betapa dia sangat mengasihiku. Namun, tidak pernah sekalipun saya berterima kasih untuk semuanya itu. Saya belum sempat menjadi anak yang baik. Saya tidak lebih dari seorang anak manja dan nakal yang selalu merepotkannya.
Dia memang tidak akan pernah datang lagi untuk mendekapku, menuntunku ke sekolah ataupun sekedar menemaniku bermain di taman. Namun, saya masih bisa melihat wajahnya disetiap orang yang kutemui. Saya masih bisa mendengar suaranya disetiap orang yang menemuiku. Bahkan lebih dari itu, saya masih bisa merasakan aliran darahnya tersenyum didalam aliran darahku.
Selamanya Ayah akan hidup. Sampai kapanpun Ayah akan tersimpan rapih disini, didasar hatiku yang paling dalam, karena Ayah adalah hal terbaik yang pernah hadir di rumah.