Mohon tunggu...
Mia
Mia Mohon Tunggu... Bankir - My Self, Only Mine

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesempatan Kedua

10 Agustus 2019   13:58 Diperbarui: 26 Agustus 2019   16:35 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya mie instan yang dicampur dengan telur rebus yang kami siapkan untuk makan malam, mau tidak mau kami masak untuk makan siang kami. Bermodalkan kompor kecil, kami pun memasak menu sangat sederhana ini dan setelah selesai masak, langsung kami santap bersama-sama dengan begitu lahapnya. Lumayan sebagai penambah tenaga sebelum kami melanjutkan perjalanan siang ini.

Setelah membersihkan peralatan masak dan juga memastikan tidak ada sampah kami yang tertinggal, kami pun melanjutkan petualangan kami. Disepanjang perjalanan, kami mengumpulkan beberapa jamur untuk kami rebus nantinya sebagai penambah menu makan malam kami. Untuk membedakan antara jamur yang beracun dan yang tidak beracun, itu kami serahkan kepada Vira, salah seorang teman kami yang kutu buku. Dia bisa mengetahui mana jamur yang beracun dan yang tidak beracun, itu bukan karena dia ahli dalam ilmu Biologi, tapi karena dialah orang pertama yang nantinya akan mencicipi jamur tersebut. Eh, gak kok, cuma becanda.

"Ssstt.., teman-teman kalian dengar gak suara itu?" tanya Toni tiba-tiba yang membuat kami semua tiba-tiba terdiam.

"Air terjuuuuuuunnn!" Sontak kami teriak kegirangan karena mendegar deru air dari kejauhan. Kami lalu berlari mencari sumber suara itu dan setelah beberapa menit akhirnya tadaaaaa kami melihat debit air yang banyak sedang asyik terjun bebas dari puncak ketinggian.

"Ohemji.., indahnya. Di kota mana ada pemandangan seperti ini!" Dini mulai melebay.

"Aduh, please deh Din, jangan lebay juga!" kata Ferdy. "Kalau dikota ada pemandangan seperti ini, ngapain juga kita jauh-jauh kesini." tambahnya.

"Ih, suka-suka aku dong mau ngomong apa, kok situ yang ngomel?" sahut Dini dengan nada protes.

"Bukannya ngomel, cuma mau ngingatin saja, kesejukan alam disini tercemar karena kelebayanmu." sahut Ferdy lagi.

"Woyyy.., kamu dua pada bertengkar, itu yang lain sudah pada berbaris di bawah air terjun." sahut Vira dari kejauhan.

Sepanjang sore kami bermain sepuasnya di air terjun tersebut. Teman yang cowok dengan beraninya naik ke atas ketinggian tertentu lalu loncat ke sisi air terjun kemudian berenang ke tempat yang lebih dalam lagi. Sedangkan kami yang cewek, karena tidak berani hanya bisa berdiri di bawah guyuran air terjun atau hanya sekedar berendam di tempat yang agak dangkal.

Ketika hari sudah mulai menjelang malam, setelah puas bermain dan berfoto, akhirnya kami pun meninggalkan lokasi tersebut dengan segudang kesegaran. Letihnya luar biasa memang namun pengalaman yang didapat sungguh membuat kami merasa sayang untuk melewatkan moment ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun