Mohon tunggu...
Karmani Soekarto
Karmani Soekarto Mohon Tunggu... Novelis - Data Pribadi

1. Universitas Brawijaya, Malang 2. School of Mnt Labora, Jakarta 3. VICO INDONESIA 1978~2001 4. Semberani Persada Oil 2005~2009

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Ghost Fleet" 2030 Indonesia Bubar Vs " The Dakon, A Time Tunnel", 2060 Indonesia Makmur #9

9 April 2018   13:17 Diperbarui: 9 April 2018   13:22 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

yang tersesat oleh Dakon sang Lorong Waktu yang kami temukan tanpa sengaja. Kami berlima sedang mendaki Gunung Semeru saat liburan Semester Ganjil. Hari pertama biasa saja kami mendaki sampai Ranu Kumbolo setelah semua ijin diberikan di Base Camp Ranupani."
Taat Sumargono :" Stop dulu adik Danu, sekarang aku baru ingat ketika adik Danu menyebutkan nama Base Camp Ranupani, adalah apa yang ingin bapak utarakan tadi. Bapak pernah bertugas lima tahun tepatnya tahun 2050 s/d 2055 di TNBTS ditempatkan di Ranupani, menurut catatan yang pernah bapak baca dalam daftar dan sangat mudah diingat adalah dalam daftar nama nama orang yang telah meninggal saat mendaki di Gunung Semeru, kalau tidak salah nama Herman dan Herlan adalah termasuk nama yang meninggal tetapi jasadnya tidak pernah diketemukan. Aku sangat hafal dengan medan disana. Nah teruskan lagi semakin asyik."

Danu Subroto ;" Setelah bermalam di Ranu Kumbolo pada hari pertama, esuknya kami berangkat lagi menuju Kalimati, rencana bermalam disana sebelum malam hari kami akan menuju puncak Mahameru. Dalam perjalanan sebelum mencapai Kalimati serombongan prajurit kerajaan jaman dahulu menjemput kami berlima, kemudian menelantarkan kami di sebuah hutan yang selalu berkabut sehingga kami kehilangan arah tanpa datangnya sinar matahari. Sebelum semua prajurit hilang dari pandangan mata, pimpinan mereka berpesan kepadaku bahwa ia meminta tolong tetapi juga harus menebak teka tekinya. 

Kami menemukan gua, di dalamnya terdapat tiga tas carrier tersusun rapi beserta sepatu, perlengkapan masih utuh artinya ada kehidupan. Juga kami menemukan dakon yang sudah terbuka berarti sudah pernah dimainkan. Ketika teman kami membacakan lontar tentang aturan permainkan dakon, teman kami Taat Sugriwo berulah memainkan duluan tanpa mengindahkan aturan permainan karena tidak tahu, akibatnya ia terkena hukuman menjadi seekor Lutung. Ya kera itu tadi bapak."

Taat Sumargono :" Ya ampun. Sekarang bapak baru paham, jadi kera itu penjelmaan dari manusia yang mendapat hukuman ya? Pantas saja kera mampu menangkap pembicaraan manusia juga mengerti menulis hanya kera tidak mampu berbicara layaknya manusia. Nah sedikit ada pertayaan kecil. Kenapa kera sangat takut dengan bapak, kalau melihat bapak menunduk, juga kemarin begitu melihat bapak membawa senapan langsung lari meloncat pohon kemudian baru bapak tembak dengan bius."

Danu Subroto :" Begini pak, bapak aku minta tidak tersinggung dengan pengungkapan ini, sehingga aku akan teruskan."
Taat Sumargono :" Silahkan adik Danu, aku siap menerima."

Danu Subroto :" Begini pak, Taat Sugriwo nama lutung tersebut sedang memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan ayahnya, soal penyelesaian kuliah di Fakultas Hukum, kemauan antara anak dan ayah bertolak belakang. Ayahnya menghendaki agar anaknya segera menyelesaikan kuliahnya agar biaya dapat dipergunakan adiknya, sementara kemauan anak dan ibunya ingin menyelesaikan jenjang S1 agar nanti setelah bekerja dapat segera menyelesaikan S2. Disini ada hubungan yang kurang harmonis, sehingga ayahnya sering marah."
Taat Sumargono :" Terus apa hubungannya dengan bapak?"

Danu Subroto :" Lutung takut sekali dengan bapak karena mirip sekali dengan ayah Taat Sugriwo, bahkan nama bapakpun sama dengan nama ayah Taat Sugriwo, menurutku ini penyebabnya, karena aku teman dekatnya yang juga mengenal baik keluarganya."
Taat Sumargono :" Ohh begitu ya, jadi aku mirip dengan ayahnya? Nah teruskan kelanjutannya."
Danu Subroto ;" Kini kami berempat baru mengetahui setelah Sunaringsasi selesai membaca aturan memainkan dakon, kami menyimpulkan dakon dalam keadaan terbuka pasti sudah dimainkan oleh orang yang datang lebih awal yaitu Herman, Herlan dan Hambali ini. Mungkin Hambali dapat menyambung kejadian ini?"

Hambali :" Benar pak apa yang dikatakan oleh mas Danu ini, saat aku sedang membacakan aturan memainkan dakon kedua sepupuku ini berebut ingin memainkan buah dakon sekenanya, maka kami semua terlempar oleh Dakon Lorong Waktu langsung ke tahun 2060, kami jalani sudah setahun. Maka ketika bapak tadi bilang kalau nama kami bertiga masuk kedalam daftar pendaki Gunung Semeru yang sudah meninggal adalah benar karena kami tersesat sudah setahun, sementara Dakon tidak ada pada kami sehingga kami bertiga tidak mampu kembali ke era kami sendiri tahun 2010. Kami sebenarnya ingin pulang ke Surabaya tetapi ini era 2060 apa orang orang mengenali kami sementara pasti orang tua kami juga sudah meninggal, kalau kami di tahun 2060 tentu sudah renta berumur 71 tahun."

Danu Subroto :" Memang semua tidak masuk akal sehat pak tapi ini suatu kenyataan. Apakah cerita kami sudah cukup jelas pak? Kalau sudah mohon kami diperkenan membawa kera pulang sekarang,"

Taat Sumargono :" Ada sedikit pertanyaan lagi dik Danu sebelum pertemuan ini kita akhiri. Kalau adik bertiga ini tersedot dan langsung terlempar oleh Dakon Lorong Waktu ke Era 2060 apakan adik Danu juga langsung tersedot kemudian terlempar ke era yang sama sehingga bertemu dengan ketiga adik Herman, Herlan dan Hambali."

Danu Subroto :" Pertanyaan bapak sungguh tepat. Kami berlima tidak tersedot dan terlempar langsung ke Era 2060, pertama kami berlima terlempar ke masa awal berdirinya Kerajaan Tumapel saat gugurnya Akuwu Tumapel oleh keris Mpu Gandring, kemudian Ken Angrok menyatakan diri sebagai penguasa Tumapel, dibelakang hari lebih dikenal dengan nama Singasari, Ken Angrok ingin tahu siapa saja yang akan terbunuh oleh keris pusaka tersebut maka aku sebut satu persatu untuk mengulur waktu agar kami berlima memiliki kesempatan dapat berkumpul, saat kami sebutkan terakhir yang akan terbunuh Ken Angrok sendiri, dengan keris terhunus Ken Arok ingin mengakhiri hidup kami, tetapi Sunaringsasi pada saat bersamaan selesai memainkan Dakon Lorong Waktu sehingga kami selamat dari tusukan keris sakti yang ujungnya sudah menyentuh perut, kami tersedot oleh Dakon Lorong Waktu dan terlempar ke era Kahuripan saat Raja Erlangga membagi dua wilayah kerajaan menjadi Jenggala dan Kadiri yang dilaksanakan oleh Mpu Barada, di tingkat akar rumput tentu saja yang merasa kuat ingin menguasai yang lemah, maka saat Mpu Barada baru saja mengeluarkan kutukan tidak membolehkan rakyat Jenggala melintasi batas kucuran air yang membagi kedua wilayah, segerombolan orang mengejar kami yang saat itu kami bermukim di pendopo kadusunan wilayah Kadiri, kami berempat dikejar kejar sampai ke pintu gerbang kadusunan Kadiri kami bertahan dengan berkelahi mempertahankan pintu gerbang yang diikuti oleh semakin banyaknya orang orang yang datang ingin membuka pintu gerbang, sementara Jose yang mendapat giliran memainkan Dakon segera masuk ke dalam memainkan Dakon dan ditemani adiknya Sunaringsasi. Dakon Lorong Waktu yang seharusnya ditunggui dan diserahkan oleh lutung kepada Jose seperti yang aku pesankan ternyata lutung tidak nampak saat terjadi huru hara, mungkin takut ditangkap manusia untuk dipelihara dan dirantai diberi rumah kecil itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun