Setiap akan mengklik tombol tayang saya selalu bertanya apa tulisan yang akan dipost sudah layak hingga bisa dinikmati kompasianer ? baik untuk bahasan, penulisan, pencantuman kutipan dan gambar, semua elemen yang akan utuh membentuk menjadi satu  artikel yang dieksekusi sebagai bacaan di kompasiana.
Saya selalu memutuskan setiap menayangkan artikel bahwa tulisan saya belum layak. Alasannya kalau  merasa tulisan saya sudah baik dan layak maka saya akan berhenti belajar memperbaiki tulisan agar bisa lebih baik disetiap artikel yang dibuat. Padahal dalam membuat tulisan bukan hanya hasil utuh sudah dalam bentuk artikel yang harus bagus tetapi bahkan dalam memilih kata saja harus dipilih yang paling tepat agar tulisan memiliki kekuatan.
Buat saya belajar sesuatu termasuk kepenulisan seperti naik tangga agar berada dijenjang lebih tinggi. Saat berhenti disatu anak tangga ada anak tangga lain yang harus dinaiki. Begitupun kepenulisan saat sampai disatu pencapaian tertentu masih ada hal yang lain yang harus dipelajari dan dicapai.
Walau setiap akan ditayangkan saya menganggap tulisan belum sepenuhnya layak tetapi saya tetap menulis dan mempost tulisan saya. Hal itu saya lakukan tidak hanya karena alasan kecintaan, yang lebih membuat saya berani tetap menulis dan mempost adalah bahwa saya menulis diperuntukkan untuk diri sendiri.
Anggapan itu saya lakukan karena salah satu bentuk kekhawatiran seorang penulis pemula seperti saya adalah tulisan yang tidak akan disukai kompasianer. Apalagi kalau melihat vote, komen dan pembaca yang sepi makin menguatkan diri bahwa tulisan  tidak menarik dan tidak disukai kompasianer.
Kalau sudah berpikiran tulisan tidak akan disukai kompasianer apalagi dengan respon dan apresiasi minim maka yang ada bukan menjadi pendorong malah seringkali sebagai pengerem untuk menghentikan kegiatan menulis lalu menyerah.
Sebagai penekanan bagi penulis pemula agar konsisten menulis adalah jangan mencoba menulis untuk menyenangkan orang lain, karena yang akan terjadi adalah kesulitan.
Menulislah apa yang disukai dan menulislah untuk diri sendiri. Untuk hasil biarlah sebagai hadiah karena pencapaian yang sudah kita usahakan dengan sebaiknya. Kalau hasil belum baik setidaknya menulis bisa sebagai pembebas keriuhan di kepala.
Kalau kegiatan menulis sudah nyaman karena beranggapan menulis diperuntukkan diri sendiri biasanya menulis akan lebih bebas dalam mengekplorasi apapun yang akan dibahas dalam tulisan.
Tidak lupa untuk selalu menulis dengan hati karena segala sesuatu yang dilakukan dengan hati akan diterima oleh hati juga.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Jumat 14 Desember 2018
