Mohon tunggu...
Karizal Tri Sabana
Karizal Tri Sabana Mohon Tunggu... Penulis - Karizalts

Pembelajar Journalist CP : 082295374422 @karizal_sabana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Pendidik: Transformasi dan Adaptasi Klasikal Menuju Teknologi di Masa Pandemi

12 September 2020   18:06 Diperbarui: 12 September 2020   18:53 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


           Semenjak corona virus atau Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global oleh badan kesehatan dunia (World Health Organitation), pemerintah Republik Indonesia menetapkan status darurat nasional. Salah satu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yakni menghimbau seluruh lapisan masyarakatnya untuk bekerja dan belajar di rumah atau kita mengenalnya dengan istilah Work From Home dan Study From Home. Hal tersebut menuntut iklim pembelajaran yang semula lebih didominasi dengan cara klasikal menjadi non-klasikal atau berbasis teknologi, yakni berupa pembelajaran jarak jauh.

           Dengan adanya wabah pandemi Covid-19 yang kian merebah luas tentu sangat berpengaruh dalam perubahan sistematika pembelajaran di Indonesia. Semua pihak yang meliputi pendidikan dasar, menengah, hingga perguruan tinggi dipaksa agar dapat beradaptasi dengan cepat terhadap metode dan cara pembelajaran di dalam ruang lingkup pendidikan.

           Akan tetapi faktanya belum semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut mampu untuk beradaptasi. Salah satu yang menjadi kendala misalnya, pendidik yang terbiasa menggunakan cara-cara atau metode klasikal dalam proses pembelajaran tentu akan menjadi sebuah hambatan. Pendidik yang belum terbiasa dengan teknologi mereka harus mengikuti pelatihan e-learning yang diselenggarakan berbagai pihak. Belum lagi siswa ataupun peserta didik juga mengalami kesulitan, terkhusus mereka yang tinggal jauh di perkampungan dan tidak memiliki smartphone juga terkendala dengan minimnya jaringan atau koneksi internet.

            Di sisi lain, ternyata kondisi pandemi membuat percepatan semua pihak untuk mengenal sistem pendidikan secara daring yang sebelumnya terdengar begitu asing dalam ruang lingkup pendidikan di Indonesia. Termasuk salah satu yang menjadi percepatan yakni dengan hadirnya presensi digital sebagai pengganti daftar hadir kuliah manual yang kini menjadi hal yang begitu biasa untuk dilakukan. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara on-site kini menjadi online, Biasanya tatap muka menjadi tatap layar (Virtual). Kini semua interaksi menjadi serba digital, jaringan internet dan keberadaan kuota internet sudah menjadi tulang punggung semua proses sistematika pembelajaran tersebut. Kondisi Study From Home memaksa semua pihak untuk berupaya memaksimalkan proses pembelajaran hingga pada masa waktuyang belum ditentukan. Maka dari itu, semua pihak yang terlibat dalam setiap ranah pendidikan harus mampu untuk memutar otak mencari cara menggunakan alternatif proses belajar-mengajar yang dirasa terkesan serba "mendadak" atau serba digital.

             Pendidik meyakini bahwa siswa maupun mahasiswa sudah tak asing lagi dengan kehidupan yang serba digital, pendidik memahami betul bahwasanya generasi milenial sejak lahir sudah terpapar dan disuapi oleh teknologi atau gadget. Selaku pendidik ternyata kita perlu dan harus menyadari bahwa jika hanya ilmu yang ingin kita berikan kepada peserta didik, ternyata semua hal mereka bisa mendapatkan dari genggaman tangan mereka dengan cepat. Semua informasi bisa diperoleh dari berselancar di mesin pencarian bahkan tutorial dan penjelasan materi, informasi, dan gudang ilmu yang lainnya begitu luas. Ketika kita flashback ke belakang dengan memperhatikan metode dan cara klasikal maka tentu kita akan mengingat bahwa seorang peserta didik mencatat di papan tulis atau buku, guru berceramah panjang lebar sehingga peserta didik pun dibuat mengantuk karenanya. Namun pada saat ini zaman sudah berubah, maka cara mendidik tentu sangat perlu untuk disesuaikan dengan era dan zamannya.
              Dalam kondisi seperti ini, sudah semestinya hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran di masa pandemi agar dijadikan renungan oleh pendidik bahwasanya kalaulah hanya sekedar pintar dan pandai, teknologi internet mungkin bisa jadi lebih pintar dan bahkan mampu menyajikan dan memberikan segala macam hal informasi yang dibutuhkan. Lalu jika demikian, apa peran pendidik yang membedakan dari smartphone di genggaman mereka? Melalui gawai atau smartphone itu tampak lebih efektif. Bertanya kepada guru dan dosen tidak lagi menjadi pilihan, karena google dan search engine lain sepertinya lebih cepat menjawab. Benarkah sepenuhnya demikian?
              Bagaimanapun situasi dan kondisinya, ternyata peran pendidik sesungguhnya tidak dapat tergantikan oleh teknologi. Karena seorang pendidik bukan hanya memberikan atau mentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan mesti menjadi contoh dan teladan untuk menanamkan adab, karakter, norma, dan nilai terhadap diri peserta didik dalam hal mana search engine tidak mampu untuk memberikan hal tersebut. hal yang perlu direfleksikan, bahwa hal penting dalam hidup seperti tanggungjawab, kedisiplinan, rasa empati kepada orang lain, jujur, kerja keras, saling menghormati, mencintai sesama manusia, kesederhanaan, keikhlasan, dan lain-lain tidak dapat ditemukan bahkan dalam gawai berteknologi canggih sekalipun. Hal itu hanya bisa kita dapatkan dari keteladanan dan pembiasaan karakter. Itulah peran sejati seorang pendidik. 

               Sudah semestinya era digital ini sangat membutuhkan peran seorang pendidik secara langsung dalam memfilter informasi yang masuk terhadap peserta didik. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi seorang pendidik untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman terutama era digital ini kita luangkan untuk membuka inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Pendidik semestinya tidak enggan dan segan untuk mencoba berbagai macam platform digital, karena melalui platform digital pembagian tugas menjadi semakin mudah dan efisien untuk menjadwalkan proses pembelajaran melalui Learning Management System tersebut.

                Selain itu, peserta didik juga diberikan kemudahan untuk mengakses melalui jaringan media sosial yang sudah dibuat dalam platform digital tersebut. peserta didik diberikan kemerdekaan dalam proses pembelajaran dari manapun dan kapanpun. Selain itu, dengan platform digital ini pemantauan kepada para peserta didik menjadi mudah, termasuk dalam memantau aktivitas kelas, kedisiplinan mengumpulkan tugas, pencatatan perkembangan peserta didik bahkan hingga pengaturan deadline dan scoring dapat kita lakukan secara otomatis. Laporan tersebut akan tersimpan secara otomatis dalam drive online yang bisa diakses kapan dan dimana saja selama ada koneksi internet yang tentunya akan sangat menghemat waktu.

                 Seorang pendidik di era digital bahkan pandemi seperti ini dituntut untuk bisa membangun komunikasi yang efektif dan interaktif dengan peser didik. Maka dari itu, perlu adanya teroboson-terobosan yang inovatif untuk memberikan proses pembelajaran yang berkesan terhadap peserta didik. Selain menjadi praktis dan membangun komunikasi efektif kita juga turut serta dalam pemnfaatan teknologi di bidang yang positif karena pada hakikatnya teknologi itu diciptakan untuk melengkapi dan membantu manusia mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai makhluk sosial, akan tetapi bukan untuk menggantikan perannya secara keseluruhan terkhusus dalam bidang pendidikan.







Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun