Mohon tunggu...
Cuham Beib
Cuham Beib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Penulis amatiran, ringan , dan sederhana. Penikmat sepeda harian. Icon Bersepeda itu Baik.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bagi Saya Toleransi Beragama itu adalah....

17 April 2022   11:23 Diperbarui: 17 April 2022   11:28 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Rannu Kaznu GBB

SEPERTI apa yang sudah diajarkan oleh orang tua dan guru ngaji saya sejak kecil, bahwa toleransi antar umat beragama itu adalah bukan soal saling mengucapakan hari raya dan bersedia menggunakan atribut ciri khas agama lain.

Toleransi beragama itu tidak menghina, melecehkan, dan mengolok-olok agama lain, membiarkan agama lain tenang dan bahagia di hari rayanya, tidak ikut campur dan mengusik cara ibadah agama lain.  

 Apalagi di agama Islam, konsep toleransi sudah dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur'an, surah ke 109 yaitu  Al-Kafirun,  yang intinya bahwa untukkulah (Muslim) Tuhanku, agamaku, ibadahku dan  untukmulah (non muslim) Tuhanmu, agamamu, dan ibadahmu.

Terkait larangan menghina agama lain, Allah SWT menyampaiakan dalam Al-Qur'an. salah satunya di surah Al-Anam ayat 108 : "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik perbuatan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan."

Itulah tolerasi dalam Islam yang manfaatnya adalah terhindar dari permusuhan dan perpecahan, mewujudkan hidup damai dan tenang, meningkatkan kualitas iman, dan mencerminkan kemuliaan agama yang dianut.

Hidup Toleran Sejak Kecil

Di daerah tempat saya dilahirkan, tinggal, dan dibesarkan, rumah keluarga saya berdekatan sekali dengan keluarga non muslim keturunan Belanda dan Jawa, terpaut oleh halaman rumahnya yang cukup luas.

Bertahun-tahun lamanya kami hidup rukun bertetangga, keluarga saya sering kerumahnya ikut nonton film vidio, saling berbagi makanan, saling bantu kalau lagi ada kesulitan. Tidak pernah menyinggung atau berbicara soal agama, tuhan, dan ibadah masing-masing dan tidak pernah saling mempengaruhi agar masuk ke agama yang masing-masing kami anut.

Beberapa anaknya adalah teman-teman main saya, apalagi bahasa mereka sehari-hari lebih banyak menggunakan bahasa Sunda yang ternyata lebih mereka kuasai. Hidup mereka pun cenderung terlihat seperti anak-anak permukiman ataw gang, tidak nampak seperti kaum elite, terlebih sejak ayahnya yang asli orang Belanda meninggal.

Saat hari raya, masing-masing membiarkan tenang dan bahagia di hari rayanya, tidak ikut-ikutan. Kami hanya saling berbagi makanan. Saat  lebaran , keluarga saya suka memberi mereka makanan atau masakan khas lebaran, sebaliknya ketika hari raya mereka tiba, mereka suka mengasih kue bolu atau roti ke keluarga saya.

Mereka tidak pernah memberi masakan atau makanan yang mengandung sesuatu yang mereka sangat faham kalau keluarga saya  terlarang memakannya.  

 Begitulah, kami berpuluh-puluh tahun, hidup bertetangga dengan rukun, damai, ceria, tanpa mengusik Tuhan, agama, dan ibadah masing-masing, sampai kami terpisah karena mereka pindah dan rumah mereka dijual untuk dibangun menjadi industri perekonomian.   

Sewaktu di Sekolah Dasar (SD), saya bersahabat dengan dua teman sekelas, yang satunya adalah non muslim. Persahabatan kami murni hanya belajar, bermain, dan bersepeda,  tidak pernah sekalipun membicarakan atau menyinggung soal agama masing-masing.

Begitu pula saat saya bekerja di sebuah restoran cepat saji, saya bersahabat dengan dua orang rekan kerja berbeda suku dan agama. Satu orang Natuna, muslim, satunya lagi asal Bangka, non muslim.

Semua pembicaraan hanya soal pekerjaan, film, lawan jenis, pengalaman di kampung halaman masing-masing, dan sebagainya. Sampai kami terpisah dengan perjalanan kehidupan masing-masing, kami tidak pernah berbicara soal keyakinan

Ada kisah menarik saat itu, suatu hari saya berdua sama sahabat yang non muslim, usai kerja pagi jalan-jalan  mau nonton film bioskop. Diperjalanan waktu Magrib tiba, sebenarnya saat itu saya berfikiran akan salat di mushola gedung bioskop yang memang sudah dekat.

Saat melalui sebuah Masjid, tiba-tiba ia mengingatkan saya agar saya salat Magrib dulu, dia dengan senang hati menunggu di selasar Masjid. Saya tersenyum dan bergegas menuju masjid sambil merenung malu karena diingatkan oleh teman yang non muslim.  

Sekarang ketika aktif dunia sepeda, tak sedikit teman-teman yang terdekat itu adalah non muslim. Namun kami bergaul dengan kedewasaan berfikir, tetap saling menghargai dan menghormati, tidak membeda-bedakan agama, yang kami bicarakan  hanya soal sepeda.

"Aku tidak membicarakan perbedaan agama, karena itu adalah urusan kita dengan Tuhannya masing-masing. Aku tidak membicarakan perbedaan politik karena itu hanya akan membuat pertemanan terpecah  belah"  

 Salam sehat, semangat, dan selalu berdo'a. Selamat beribdah dan beramal di bulan Ramadan tahun ini bagi yang menjalankannya, semoga penuh keberkahan, keselamatan, dan ampunan dari Alloh SWT. Aamiin,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun