Mohon tunggu...
kardianus manfour
kardianus manfour Mohon Tunggu... Editor - belajar mencintai kebijaksanaan hidup

mahasiswa filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara dan Manfaat Belajar Filsafat

31 Oktober 2019   22:32 Diperbarui: 31 Oktober 2019   22:36 2412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebelum saya mulai belajar filsafat, saya berasumsi bahwa filsafat itu suatu ilmu yang sulit. Hal ini dikarenakan saya pernah mendengar pembicaraan orang-orang  yang sudah belajar filsafat. Pembicaraan mereka cukup rumit, sulit dicerna dan membingungkan. Apalagi ketika  saya  mencoba untuk membaca buku-buku filsafat. Buku-buku tersebut  sangat  sulit dimengerti. Sayapun mengambil  kesimpulan  bahwa filsafat sebagai ilmu yang sulit dan berat.

Asumsi awal itu  perlahan-lahan hilang dan tak bisa dipertahankan lagi ketika saya mulai mengikuti perkuliahan filsafat. Ternyata filsafat bukanlah ilmu yang berat. Mungkin kesan awal saya bahwa filsafat itu ilmu yang sulit menjadi kesan universal bagi mereka yang belum belajar filsafat dan hanya mengenal  filsafat secara  "suam-suam kuku". Untuk  itu, ada  baiknya  saya memberikan penjelasan sederhana tentang cara belajar filsafat. Selain itu, saya juga mencoba  menyajikan manfaat dari ilmu filsafat.

Hal pertama yang penting kita ketahui adalah defenisi filsafat.  Filsafat berasal dari dua kata yakni philo dan Sophia yang berarti cinta akan kebijaksanaan (defenisi etimologis ini, penulis terima dari perkuliahan dalam pengantar filsafat). Pertanyaanya adalah mengapa filsafat disebut sebagai ilmu yang berbicara tentang kebijaksanaan? Apakah dengan belajar filsafat seseorang akan menjadi bijaksana?

Filsafat menjadi ilmu tentang kebijaksanaan karena metode berfilsafat adalah bertanya.  Para filsuf kuno misalnya Thales, Anaximenes, Herakhlitos, Permenides, Empedokles, Anaximandros, dsb. yang telah belajar filsafat pada mulanya bertanya. Pertanyaan-pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang bersifat  imaJinasi belaka.  Pertanyaan-pertanyaan mereka bersifat kontekstual dan realistis. Contohnya para filosof bertanya tentang dari manakah alam semesta ini? atau Bagaimana terbentuk alam semesta? Dari pertanyaan seperti ini, para filosof mulai mencari (mencari untuk tahu), menggali dan menganalisis alam semesta (alam dan manusia) ini.

Para filosof ini mengajarkan kita untuk  selalu bertanya tentang segala sesuatu yang berada di sekitar kita. Justru di sinilah benang  merahnya bahwa filsafat merupakan  ilmu tentang  kebijaksanaan. Dengan bertanya, kita akan  semakin bijaksana. Dengan bertanya, baik tentang hidup  kita maupun tentang fenomena-fenomena di  sekitar kita maka kita akan semakin memaknai hidup yang kita jalani. Dengan berfilsafat (bertanya) kita semakin bersikap kritis dan selektif. Kita mampu mengambil nilai dari setiap peristiwa hidup kita.

Filsafat menjadi ilmu yang bijaksana karena sejak dahulu para filosof sudah mulai bertanya secara kritis tentang realitas dan "ada" itu sendiri.  Dari para filosof ini, kita bisa menggunakan instrumen berpikir mereka untuk menanyakan realitas hidup kita. Tentu instrumen, cara berpikir dan cara bertanya para filosof benar-benar teruji dan sistematis sehingga bisa diterapkan pada filosofi hidup kita. Dengan hal ini, kita akan semakin bijaksana dalam mempertanyakan hidup kita dan menjalani hidup kita dengan baik.

Lalu bagaimana cara kita mempelajari ilmu filsafat? Perlu diketahui bahwa ilmu filsafat bersifat sistematis dan memiliki periode-periode tertentu dalam hal perkembangan filsafatnya. Maka dapat dimaklumi ketika orang langsung membaca suatu buku filsafat tanpa mengetahui periode dan mengikuti alur perkembangan pemikiran filsafat membuat orang tersebut kurang bisa menangkap gagasan dari buku yang dibaca. Hal ini dapat dianalogikan seperti ilmu matematika. Tanpa dasar kita tahu menghitung bilangan dasar, maka sudah pasti kita tidak akan tahu dan mengerti bilangan-bilangan besar yang merupakan kumpulan bilangan-bilangan dasar tersebut.

Untuk itu, kita perlu mempelajari dasar-dasar pemikiran filsafar dari kuno sampai post-modern. Orang-orang yang sudah belajar filsafat secara sistematis seringkali menggunakan kata-kata penting dan kalimat yang dipengaruhi oleh gaya pemikiran filsafat tertentu. Sehingga orang sulit menangkap pembicaraan tersebut karena belum mengerti dari awal sejarah, dasar dan istilah dalam filsafat. Hal ini menjadi autokritik bagi orang-orang yang sudah belajar filsafat agar mereka/kita dapat menggunakan istilah-istilah yang mudah dimengerti oleh pendengar.

Dengan demikian, belajar filsafat bukanlah ilmu yang sulit dan berat. Filsafat bukanlah ilmu yang mengawang-awang. Filsafat itu bersifat realitis dan juga kritis. Pemikiran para filsuf (bisa juga disebut filosof) dapat menjadi sarana bagi kita dalam berfilsafat. Kita tetap mempunyai pertanyaan filosofi sendiri yang sesuai dengan realitas hidup kita. Jangan takut berfilsafat karena kita semua adalah filosof sejati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun