Mohon tunggu...
Dede Tatang
Dede Tatang Mohon Tunggu... Guru - Putra Kamal, Larangan Brebes

Tulisan Anak Desa Untuk Negeri Tercinta Me Visit us : www.duniaelektronik.net , www.inspirasi-dttg.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sadarlah Indonesia, Sampai Kapanpun Kita Butuh Jiwa Para Pahlawan

28 September 2017   09:40 Diperbarui: 28 September 2017   09:43 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Jika kita mengenang sejarah negeri tercinta, siapa saja yang mencintai negeri ini pasti akan menitikan air mata. Betapa tidak, 350 tahun Belanda menjajah kita tentu itu bukanlah waktu yang sebentar, bahkan masih belum sebanding dengan lamanya kemerdekaan yang sudah kita raskan ini.

Coba kita bayangkan bagaimana menderitanya rakyat Indonesia pada zaman penjajahan dulu, teriak tangis ketakutan, darah dan suara tembakan, bahkan melihat soudara sendiri dibunuh mungkin adalah sesuatu yang sangat biasa kala itu.

Sering saya berpikir betapa luar biasnya keberanian para pahlawan kita. Padahal jika mereka mau tunduk dan patuh pada Belanda , kenyamanan hidup bahkan harta dan tahta sangat mungkin mereka raih. Itulah kenapa saya yakin, tidak sedikit orang yang akhirnya lebih memilih berkhianat pada Bangsanya dengan lebih memilih menjadi antek-antek kompeni. Itu semua karena tidak sedikit manusia yang lebih memilih kenyamanan hidup, dan menikmati berbagai pasilitas kesenangannya meski harus mengorbankan orang banyak.

Hingga akhirnya kita bisa lepas dari Penjajahan Belanda maupun Jepang sesudahnya tentu itu bukan perkara mudah. Tentu itu bukan karena mereka yang selalu mendambakan pasilitas mewah, hidup bergelamor harta, jabatan dan pangkat yang mentereng, meski itu buah dari menghianati Bangsa dan Negaranya.

Indonesia merdeka karena ada banyak Putra Bangsa yang rela berkorban demi bangsanya, rela hidup di hutan-hutan. Rela menahan lapar, bahkan siap dengan jutaan luka dan peluru yang kapan saja bisa merenggut nyawanya. Tak sedikit putra bangsa yang hidupnya harus mendekam di balik jeruji besi kaum penjajah yang serakah itu, bahkan salah satu putra terbaik bangsapun Bung Karno pernah merasakannya. Namun seperti apapun Tuhan menguji, tetap para putra terbaik teguh pendiriannya untuk mempertahankan harga diri dan memperjuangkan haknya. Bagi mereka mati di medan laga jauh lebih terhormat dari pada hidup dalam kedudukan dan tumpukan harta namun harus menjadi boneka penjajah yang harus selalu siap jika di suruh membunuh soudara-soudaranya sekalipun.

Lalu Siapakah Dirimu Sekarang Kawan? Siapa yang Kau Teladani ?

Melihat penomena yang sekarang terjadi, saya mulai sadar bahwa penjajah bukan hanya menyebabkan penderitaan di zaman dulu, namun merekapun telah mewariskan sikap dan karakternya pada banyak generasi bangsa. Buktinya dari dulu hingga kini para koruptor terus meraja lela, mereka bisa dengan mudah menghalalkan segala cara. 

Menumpuk harta sebanyak-banyaknya meski harus mengorbankan kepentingan hak orang banyak dan Negaranya. Bahkan tak jarang politik Devide et impera yaitu politik adu domba milik Belandapun sering dipraktekan hanya demi agar kesalahan bisa terlihat benar, atau bisa menang tanpa harus turun tangan.

Saya sendiri pernah menjadi korban salah satu politik devide et impera tersebut, atas nama jiwa para pahlawan saya semakin kuat. Karena saya sadar siapa yang harus saya tiru, tentu bukan para penjajah yang telah membuat negeri yang saya cintai ini menderita. Yang akan saya tiru tentu adalah para pahlawan yang selalu dengan berani berjuang membela hak orang banyak (rakyat) meski ia harus diperangi penguasa dzalim sekalipun. Dikucilkan dari penguasa dzalim, tentu jauh lebih terhormat dari pada harus nurut dan diam akan hak rakyat yang terus di tindas.

Para pejuang selalu rela hidup di hutan, bergerliya melawan ketidak adilan, lantas haruskah kita yang meneladani mereka harus lebih memilih suatu jabatan, uang dan lain sebagainya jika justru dengannya kita tidak bisa membela hak-hak rakyat ? Hak-hak soudara kita yang lemah dan mudah di bodohi ? tentu tidak kawan karena kita adalah pejuang di masa kini, kita adalah penerus perjuangan para pahlwan. Saya selalu ingat pesan bung Karno bahwa perjuangan beliau lebih mudah karena musuhnya jelas dan bangsa asing, namun perjuangan kita akan lebih berat karena musuh kita adalah soudara sendiri, yaitu soudar-soudara kita yang meneladani dan memiliki mental seperti para PENJAJAH.

Jika kau memang Cinta Indonesia gagah beranilah berjuang, lantangkan suaramu membela kebenaran. Hidup cuma sekali, hiduplah yang berarti dan penuh guna, jika matipun. Mati dalam memperjuangkan kebenaran adalah dambaan semua orang-orang yang beriman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun