Mohon tunggu...
Dede Tatang
Dede Tatang Mohon Tunggu... Guru - Putra Kamal, Larangan Brebes

Tulisan Anak Desa Untuk Negeri Tercinta Me Visit us : www.duniaelektronik.net , www.inspirasi-dttg.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melalui Orangtua Kutemukan Cinta Sejati yang Sesungguhnya

18 September 2017   15:02 Diperbarui: 18 September 2017   15:09 4049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah itu aku tak tahu lagi bagaimana ceritanya, karena ketika aku membuka mataku, aku sudah berada di Rumah sakit dan suamiku ada di dekatku.

Aku  tak mampu berbicara apapun, dan wajahku terasa sangat kaku, perbal telah menyelimuti semua kulit wajah yang dulu sangat aku banggakan itu.

Mas Adib selalu setia mendampingi merawat dan menjagaku, sampai tibalah waktunya perban di wajahku dilepas.

Mas Adib tersenyum setelah Perbanku di buka dan berkata "Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan keselamatan dan kesembuhan pada istriku"

Ku pikir aku benar-benar sembuh ketika mas Adib berbicara seperti itu, kupikir wajahku masih tetap cantik seperti dulu.

Sampai akhirnya ku menyadari bahwa dugaanku salah, sebuah kaca ruangan rumah sakit telah  memberi tahu ku betapa sangat buruknya wajahku saat ini.

Aku merota menangis sekeras-kerasnya, mas Adibpun memeluk dan mencoba menenangkanku...

Sesampainya di rumah, semua terasa hampa, aku merasa malu dan tak punya semangat hidup lagi.

Aku tak berani lagi menampakan diriku di hadapan orang lain , bahkan untuk menemani suami makan dan tidurpun aku tak berani, aku tak mau mas Adib jadi tidak selera makan karena melihat wajahku, terlebih anakku yang masih baru satu tahun pasti dia takut melihatku.

Aku selalu menghidar berkomunikasi dengan siapapun tanpa terkecuali suamiku, hingga akhirnya sampai suatu waktu saat jam sudah menujukan waktu tengah malam, aku sangat khawatir karena tak mendengar kedatangan suamiku pulang dari tempat kerjanya.

Sang suryapun muncul dari peraduannya, namun mas Adib belum juga memberi  kabar, membuat aku semakin resah mengkhawatirkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun