Seekor burung bisa membuat sarang dari ranting dan rumput tanpa pernah belajar arsitektur.
Sebuah kuman bisa bertahan dari antibiotik paling canggih tanpa pernah "belajar" ilmu kedokteran.
Dan sebuah pohon bisa menjatuhkan daunnya sebelum musim dingin, seolah ia paham waktu.
Saat kita menyebut kecerdasan, yang muncul di kepala biasanya adalah otak, logika, strategi.
Tapi apa jadinya jika dunia yang tidak punya pikiran justru menyimpan kecerdasan yang diam-diam bekerja jauh lebih dalam daripada yang kita bayangkan?
Inilah alam. Sederhana, diam, tapi penuh cara.
Dan lewat evolusi, ia membuktikan bahwa perubahan paling cerdas bisa datang dari ketidaksadaran total.
Charles Darwin tak pernah menyebut bahwa evolusi adalah proses sadar.
Dalam "On the Origin of Species", ia menggambarkan bahwa seleksi alam menguntungkan variasi yang lebih sesuai, tanpa perlu tahu apa yang akan terjadi ke depan (Darwin, 1859).
Zaman sekarang, sains molekuler membuktikannya.
Menurut studi oleh Lynch (2007) dalam jurnal Science, mutasi pada organisme seperti bakteri terjadi secara acak, dan hanya yang kebetulan menguntungkan yang akan bertahan.
"Evolution is a blind, mindless process driven by random mutations and differential survival."
Lynch, M. (2007). The frailty of adaptive hypotheses for the origins of organismal complexity. PNAS.
Jadi, meskipun kita melihat virus "beradaptasi" terhadap vaksin, atau bakteri "menghindari" antibiotik, semua itu bukan keputusan sadar, melainkan hasil dari jutaan kesalahan genetik yang disaring oleh waktu.
Mari kita bandingkan.
Manusia menciptakan vaksin COVID-19 dengan teknologi mRNA yang mutakhir. Tapi virus SARS-CoV-2 bermutasi dan membentuk varian Delta, Omicron, XBB... bahkan sebelum kita selesai menamai semuanya.
Apakah virus "tahu" harus berubah? Tentu tidak.
Tapi sistemnya yakni replikasi cepat + mutasi acak + seleksi alam sehingga menghasilkan sesuatu yang tampak seperti strategi, padahal tidak ada "strategi" sama sekali.
Dalam jurnal Nature Reviews Microbiology, Holmes (2022) menjelaskan bahwa kecepatan evolusi virus RNA sangat tinggi karena kesalahan replikasi, dan inilah yang membuatnya cepat "beradaptasi" meskipun tanpa niat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!