Mohon tunggu...
Asmuddin
Asmuddin Mohon Tunggu... Administrasi - PENIKMAT SENJA, SEPI DI ANTARA KERIUHAN, TINGGAL DIPINGGIRAN KOTA

Hanya coretan tentang keresahan yang (mungkin) tak punya arti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mission Impossible

11 April 2019   08:16 Diperbarui: 11 April 2019   08:31 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini masih tentang ke misteri an "tanggal kelahiran"sobat, yang sepertinya masih tertutup sangat rapat. Awalnya sih tak berdampak apapun, Senin tetap berganti ke Selasa di setiap minggunya, Juli pun tak pernah tiba-tiba ngambek tidak mau berganti ke Agustus pada setiap tahunnya.

Namun, pergaulan mengenalkan aku pada hal baru, tradisi para kaum urban, menjadi penggiat ulang tahun teman dan rekan kerja, menyaksikan kejutan dan tiupan lilin kegembiraan disertai komat-kamit doa para sahabat. Aku sendiri tak pernah merasakan moment seperti itu,  tak pernah dapat surprise, tak ada kado dan  kue ulang tahun yang di atasnya tertancap lilin kecil menyala.

Hanya satu persoalannya, tanggal lahir yang tak pernah jelas sobat.

Kawanku, sedikit harus disinggung ......

Terkait ini, aku pernah merasakan wajah PMP (transformasi wajah dari Pucat ke Merah, lalu Pucat lagi), dalam sebuah moment ngedate makan malam, si perempuan menanyakan hari ulang tahun ku ..... wah .. masalah ini, kataku dalam hati.

Untuk menyelesaikan persoalan se serius ini, yang terlintas pertama adalah dokumen ijazah, angka seperti apa yang bercokol di sana. Tersamar teringat oleh ku,  di dokumen itu hanya menuliskan lahir di ......... tanggal (kosong), bulan (kosong), tahun 19 ...... Data ini tidak bisa membantu. Berikutnya .. KTP, nah ... dokumen yang selalu menyertai perjalananku, padanya ada setitik harapan.

Dengan jawaban yang agak terlambat, meluncurlah angka administrasi dari bibirku yang malu-malu lesuh tak menyakinkan.

Saat itu aku mendeklarasikan bahwa pencatatan angka sebagai  penanda titik awal kehidupan itu penting, bahkan Sangat Penting!!!

Tujuh hari dalam seminggu, empat minggu dalam se bulan, 12 bulan dalam se tahun, tidak satu pun yang secara meyakinkan dapat saya tetapkan sebagai tanggal dan bulan sebagai penanda dan titik awal. Semuanya gelap .... rahasia ....... misteri, sadis kan?

Bukannya tak ada usaha kawan, aku telah mencarinya direruntuhan sisa-sisa dinding yang usianya lebih tua dariku, berharap padanya ada coretan.

Di setiap lekuk tiang rumah sudah juga diperiksa, siapa tau ada angka yang terukir disana, tapi tak ada bekas apapun kecuali jejak perlintasan rayap.

Pernah juga aku tanyakan pada Ibu dimasa hidupnya, meskipun sekolahannya hanya SR (Sekolah Rakyat), itu pun tak klar, ingatannya sangat kuat, Ibu ku adalah perempuan tercerdas yang pernah aku kenal, "tanya tante mu" katanya. Tante ku lalu menyerahkan urusan ini pada kakak ku, dari kakak ku lanjut ke om ku dari jalur Ibu, kemudian nyebrang secara zig zag ke tante ku dari jalur bapak, begitu seterunya, sampai ke sebuah keterangan penanda bahwa "aku lahir tidak jauh berselang si A jatuh dari pohon kelapa pada malam hari di samping SD" tak perlu aku jelaskan si A ini jatuh karena apa dan untuk kepentingan apa malam-malam manjat kelapa.  

Sekecil apapun infonya, aku berpeluang membuatnya menjadi besar, seremang bagaimanapun penandanya, tetap bisa di terang benderangkan. Aku lalu mencari informasi dimana sosok si A dapat ditemui, tapi semuanya kembali menjadi gelap, ketika ku dapatkan informasi bahwa si A yang dimaksud telah lama meninggal.

"barat menegakkan benang basah"

"Bagai mencari jarum ditumpukkan jerami"

"Seumpama menggarami air laut"

Seperti itulah penggambaran kesia-siaan ku untuk menemukan satu angka antara 30 deratan angka-angka dalam sebulan sebagai penanda kelahiranku..... berat!

Untuk semua yang senasib denganku, maka berterima kasih lah atas adanya tanggal 31 Desember di penghabisan kalender.... sang dewa penolong, meskipun itulah sebenar-benarnya hoaks.

Terpikir pula dalam pencarian mission impossible ku untuk membuat semacam organisasi yang menaungi mereka-mereka yang senasib denganku, semua warga Negara Indonesia yang menjadikan 31 Desember sebagai dewa penolongnya, sehingga terhindar dari sanksi administrasi kependudukan karena mengosongkan tanggal dan bulan lahirnya secara sengaja di blangko permohonan keterangan Ketua RT/RW .

Makassar,    April 2019

Bagian ke dua dari tulisan "Kenangan di Ujung Ingatan"

Sering menulis di blog : asmuddin.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun