Mohon tunggu...
kaorie dies miyanaganih
kaorie dies miyanaganih Mohon Tunggu... freelancer

Saya adalah seorang penulis pemula yang percaya bahwa kata-kata bisa menjadi alat perubahan. Saat ini saya tengah mempersiapkan diri sebagai calon mahasiswa Fakultas Hukum, dengan semangat untuk memahami dan memperjuangkan keadilan, terutama bagi mereka yang kurang bersuara. Melalui tulisan-tulisan saya, saya ingin mengangkat isu-isu sosial, berbagi pemikiran kritis, dan menginspirasi anak muda untuk lebih peduli terhadap realita di sekitarnya. Menulis bagi saya bukan hanya hobi, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosial. Saya percaya bahwa menjadi produktif berarti terus belajar, berbagi, dan bergerak untuk perubahan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Tidak Meminta Dilahirkan, Namun Aku Ingin Hidup Layak

28 Juni 2025   08:44 Diperbarui: 28 Juni 2025   08:44 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku pernah menjadi dua hal dalam hidup ini:
sebagai anak dari keluarga yang hancur,
dan sebagai ibu dari rumah tangga yang akhirnya runtuh.

Aku tahu rasanya menjadi anak yang diam-diam iri
pada keluarga teman yang utuh dan bahagia.
Bukan karena aku tidak percaya takdir,
tapi karena aku pernah bertanya---
kenapa aku dilahirkan jika hanya untuk menjalani hidup seperti ini?

Lalu aku tumbuh, menikah,
dan akhirnya berpisah.
Barulah aku menemukan jawabannya.

"Tidak ada satu orang pun yang menikah untuk bercerai,
tapi menjaga pernikahan juga butuh jiwa yang waras,
dan hati yang mampu memaafkan tanpa henti.
Namun sekali lagi, kita hanya manusia biasa."

Aku Tak Ingin Menuntut, Tapi Ingin Dimengerti
Sebagai anak, aku sering mendengar kalimat seperti:
"Anak tidak tahu balas budi."
Tapi... benarkah kami harus membalas?
Apakah kami pernah meminta dilahirkan?

Jika kami harus membalas budi orangtua,
maka izinkan anak-anak juga menuntut lahir dari keluarga yang mapan,
penuh cinta, tanpa luka, tanpa kekurangan.

Jangan bebani kami dengan ekspektasi,
jangan wariskan kami luka yang kalian sembunyikan dalam nama cinta.

Nak,

Mama pun pernah berdiri di posisimu.
Melihat bagaimana rumah bisa berubah jadi sunyi,
dan cinta bisa pecah tanpa suara.

Mama tahu nenek dan kakekmu berpisah bukan karena ingin,
tapi karena mereka tidak lagi sanggup menoleransi dunia yang mereka bangun bersama.
Mama pun begitu.
Mama bertahan, meski hati mama hancur ribuan kali.

Mama jatuh bangun membangun yang sudah patah,
hingga perasaan ini benar-benar mati.
Pernah terbesit untuk mengakhiri segalanya...
tapi mama sadar,
hidup mama bukan hanya tentang mama---ada kalian di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun