Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

What's Wrong with Economics? Perlunya Pluralisme dalam Ilmu Ekonomi

27 Juli 2018   19:20 Diperbarui: 8 Agustus 2018   19:06 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam buku Principles of Economics karya Mankiw misalkan, mahasiswa masih diajarkan konsep-konsep seperti 'increasing marginal cost' dalam teori produksi meskipun bukti empiris telah menunjukkan bahwa hal tersebut jarang dihadapi perusahaan di dunia sebenar. 

Mahasiswa juga masih diajarkan teori loanable funds, yang mebyatakan investasi dan pinjaman berasal dari tabungan dengan adanya pihak bank yang bertindak sebagai financial intermediary. Secara empiris, teori tersebut merupakan sesuatu yang salah dan bank-bank sentral seperti Bank of England mulai mengakui bahwa sirkulasi uang dalam ekonomi modern sebenarnya mengikuti mekanisme yang berbeda.

Hal lain yang bermasalah dari mazhab neoklasik adalah perhatian yang mereka berikan terhadap asumsi simplistik dan positivis seperti rasionalitas manusia dan ekuilibrium dalam pasar. 

Faktanya, manusia adalah makhluk yang sering dihadapi bias kognitif  seperti yang telah dibuktikan dalam behavioral economics. Manusia juga dihadapi dengan aturan-aturan sosial dan institusional yang membuat mereka bertindak jauh dari apa yang dapat dianggap sebagai rasional secara ekonomi. Manusia bukan hanya homo economicus melainkan juga merupakan homo sociologicus.

Kedua hal tersebut menjadi alasan utama mengapa ilmu ekonomi gagal memprediksi dan mendiagnosa krisis 2008. Kepercayaan bahwa manusia selalu bertindak rasional mendasari Efficient Market Hypothesis (EMH) yang dipopulerkan oleh ekonom Eugene Fama. EMH menyatakan bahwa harga aset seperti saham, obligasi dan sebagainya selalu mencerminkan seluruh informasi mengenai aset tersebut; harga  asset selalu merefleksikan nilai intrinsik aset tersebut. 

Asset bubble merupakan hal yang dianggap tidak mungkin dapat terjadi menurut EMH dan pasar modal akan selalu berada dalam situasi stabil. Kepercayaan tersebut menjadi salah satu justifikasi yang mendasari deregulasi pasar modal di Amerika Serikat yang berujung pada munculnya shadow banking system dan segala bentuk financial derivatives. Seperti yang diketahui, deregulasi tersebut menjadi salah satu faktor utama terjadinya krisis 2008.


Alasan lain mengapa ekonom dan pembuat kebijakan gagal memprediksi krisis 2008 adalah karena ketergantungan mereka terhadap model abstrak seperti Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE). DSGE merupakan model yang seringkali digunakan oleh ekonom dan pembuat kebijakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena serta dampak kebijakan ekonomi. 

DSGE tidak mampu memprediksi krisis 2008 karena model tersebut didasarkan pada asumsi-asumsi neoklasik seperti rasionalitas dan  ekuilibrium. DSGE tidak memasukkan financial frictions dalam perhitungan modelnya dengan asumsi bahwa pasar modal akan selalu bersifat stabil dan tidak mempengaruhi ekonomi riil secara langsung. 

Selain itu, DSGE juga menganut konsep representative agent, yang mengagregasikan keseluruhan tindakan agen-agen yang heterogen dan berbeda-beda seolah mereka adalah satu individu yang sama serta selalu mencoba memaksimalkan utilitas. Dari kedua hal tersebut dapat dilihat mengapa DSGE gagal memprediksi terjadinya krisis 2008: model tersebut didasarkan atas asumsi rasionalitas dan ekuilibrium  sedangkan krisis 2008 terjadi akibat irasionalitas dan disekuilibrium.

Kegagalan mazhab neoklasik seperti yang sudah dijelaskan di contoh-contoh di atas menjadi bukti mengapa pluralisme sangat dibutuhkan. 

Pluralisme mengandung arti membuka pintu untuk cara-cara pandang lainnya yang secara kolektif dikenal dengan istilah 'ilmu ekonomi heterodoks'.  Perspektif-perspektif tersebut antara lain adalah ilmu ekonomi Post-Keynesian, Marxist, Feminist, Ecological, Austrian, Institutional. Secara keseluruhan, perspektif-perspektif tersebut disatukan oleh fokus yang mereka berikan terhadap sisi lain kehidupan manusia yang sering kali diisi oleh irasionalitas dan supremasi institusi-institusi dalam mengatur tindakan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun