Membahas Pancasila tak akan ada habisnya. Ia merupa samudra luas dan dalam untuk dikaji. Darinya muncul interpretasi berbeda-beda terhadap pancasila. Begitu pula dengan pemerintah memiliki tafsir tersendiri antara rezim satu dengan rezim lainnya.
Sepertinya yang terjadi selama ini penguasa menafsiri Pancasila sekadar melanggengkan kekuasaan. Dulu rezim Orde Baru memonopoli tafsir Pancasila yang ujung-ujungnya sebagai alat gebuk bagi yang berbeda pandangan. Pasca reformasi rezim Jokowi juga menafsiri Pancasila secara paradoks. Tidak hanya itu, beberapa kalangan menyebut Rezim Jokowi lebih merusak nilai-nilai Pancasila dibanding era Soeharto.
Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia belum sepenuhnya dipahami secara komprehensif. Sebatas klaim tanpa implementasi secara konsekuen. Satu dasa warsa terakhir sering kali ditemukan sekelompok orang  yang mendaku paling pancasila di satu sisi. Tetapi tindak tanduknya bertentangan dengan pancasila di sisi lainnya.
Karena itu, tidak sedikit para tokoh bangsa  melontarkan kritik terhadap inkonsistensi negara mengimplementasikan Pancasila. Aku tak ingin menghafal pancasila di luar kepala, aku ingin menghafalnya di dalam kepala, di dalam nadi, di larut malam menjadi mantra yang melarutkan agar kepalaku tak jadi batu (Sudjewo Tejo).
Lain halnya dengan presidan Jancukers, jauh sebelum itu pada awal tahun 2000-an seniman kondang Harry Roesli melayangkan kritiknya dengan mengubah lirik lagu Garuda Pancasila. Garuda Pancasila aku lelah mendukungmu, sejak proklamasi selalu berkorban untukmu, pancasila dasar entah kapan, rakyat adil makmurnya kapan, pribadi bangsaku tidak maju-maju.(Harry Roesli 2021).
Mungkinkah Nilai Pancasila diterapkan Sebagai Nilai Mondial
Kritik dari tokoh bangsa tentang Pancasila tersebut seyogianya menjadi cemeti bagi penyelenggara negara mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Karena pada merekalah amanat rakyat Indonesia ditunaikan. Menjadikan Pancasila sebagai rechtsidee, grundnorm, dan kaidah penuntun mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara (Suteki:2022). Baik itu dalam aspek ekonomi, hukum, maupun pertahanan dan keamanan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila sebagai kesepakatan luhur pendiri bangsa (Gentlemen Agreement) saatnya dihadirkan ke permukaan. Mengingatkan semua agar tidak salah jalan. Kembali ke jalan Pancasila secara murni dan konsekuan.
Lawatan Megawati mengenalkan Pancasila ke Rusia dan Italia baru-baru ini bisa menjadi pendulum mengaktivasi nilai Pancasila. Sebagaimana pewartaan Epaper Kompas (09/02/2025), Presiden ke-4 Indonesia itu merasa terharu saat  kunjungan ke Kantor Pusat Global Scholas Oscurentes di Vatikan dimana Jose Maria Presiden Scholas Oscurentes sangat mengapresiasi Pancasila.
Megawati Soekarno Putri pada kesempatan itu juga menawarkan agar nilai-nila Pancasila dijadikan sebagai pembentukan karakter anak-anak di seluruh dunia. Tawaran tersebut menjadi relevan mengingat bahwa tantangan masa depan yang memungkinkan semakin tergerusnya sisi kemanusian akibat perkembangan informasi teknologi yang kian dahsyat.
Pada kesempatan lainnya, saat bertemu dengan dengan keluarga pendiri UEA di Abu Dhabi, Megawati Soekarno Putri mendorong inisiatif penyelenggaraan "Pancasila Summit" dalam forum global (16/02/2025.Kompas.Id). Sebuah inisiatif yang pantas diapresiasi dan didukung.