Mohon tunggu...
M FurkaniA
M FurkaniA Mohon Tunggu... UMB

Nim 43224110068 Prodi Akuntansi Etik UMB dan anti korupsi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Etika Eudaimonia Aristotle Transfigurasi Diri Menjadi Sarjana Yang Berbahagia

26 September 2025   08:00 Diperbarui: 25 September 2025   16:57 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar kontemplatif yang menggambarkan pentingnya refleksi diri dalam hidup yang bermakna.Sumber: Substack -- Jared Henderson 

Dengan demikian, menjadi sarjana yang berbahagia dalam kerangka eudaimonia berarti menjalani kehidupan akademik dengan mengintegrasikan tiga hal utama:

  1. Pengetahuan (episteme)

  2. Kebajikan moral (ethike arete)

  3. Tujuan hidup yang bermakna (telos)

Menjadi Sarjana yang Berbahagia: Integrasi Ilmu dan Etika

Dalam dunia akademik masa kini, keberhasilan sering diukur melalui indikator-indikator kuantitatif seperti Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), jumlah publikasi, atau pencapaian gelar akademik. Namun, ukuran-ukuran ini sering kali mengabaikan aspek kualitatif dari pribadi seorang sarjana --- yakni karakter, integritas, dan tujuan hidup.

Bagi Aristoteles, pengetahuan tanpa kebajikan tidak akan mengantar manusia pada kebahagiaan sejati. Oleh karena itu, sarjana yang sejati adalah mereka yang menggunakan pengetahuannya bukan untuk kepentingan pribadi atau kekuasaan, tetapi untuk kebaikan bersama (common good). Ia tidak hanya menjadi "pintar", tetapi juga "bijaksana".

Gambar kontemplatif yang menggambarkan pentingnya refleksi diri dalam hidup yang bermakna.Sumber: Substack -- Jared Henderson 
Gambar kontemplatif yang menggambarkan pentingnya refleksi diri dalam hidup yang bermakna.Sumber: Substack -- Jared Henderson 

Transfigurasi diri menjadi sarjana yang berbahagia berarti menghidupi nilai-nilai berikut:

  • Keseimbangan antara teori dan praktik
    Ilmu yang dipelajari bukan hanya dikuasai secara teoritis, tetapi diterapkan secara nyata dalam kehidupan. Misalnya, seorang mahasiswa hukum tidak hanya memahami undang-undang, tetapi juga menjunjung tinggi keadilan dalam kehidupan sehari-hari.

  • Konsistensi dalam berbuat kebajikan
    Kebajikan bukanlah sesuatu yang dilakukan sekali dua kali, tetapi harus menjadi kebiasaan dan bagian dari karakter.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun