Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sabilulungan Membangun Kabupaten Bandung "Manggung jeung Nanjung"

4 Juni 2020   01:24 Diperbarui: 4 Juni 2020   21:53 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

379 tahun bukanlah usia yang muda untuk ukuran sebuah daerah. Kab. Bandung lahir pada tanggal 9 Muharam Tahun Alif atau bertepatan dengan tanggal 20 April 1641 M berdasarkan Piagam Sultan Agung Mataram. Tumenggung Wiraangun-angun diangkat menjadi bupati pertama yang memerintah selama 40 tahun (1641-1841 M).

Adalah R. Wiranata Kusumah IV yang dianggap Bupati yang paling berjasa sebagai peletak dasar pembangunan Kab. Bandung. Ia yang bernama asli R. Suria Kartadiningrat memerintah pada kurun waktu 1846-1874 M, menggantikan ayahandanya Bupati Adipati R. Wiranata Kusumah III. 

Pada masa pemerintahannya ibukota Kab. Bandung berkembang sangat pesat. Pada masa pemerintahannya itu, dibangun Pendopo Kab. Bandung (kini Rumah Dinas Walikota Bandung) dan Masjid Agung Bandung (kini Masjid Raya Provinsi Jawa Barat).

Pada tanggal 1 April 1906, resmi berdiri Kotapraja Bandung yang wilayahnya meliputi Kawasan Ibukota Kab. Bandung. Setelah berdirinya Kotapraja Bandung, pemerintahan Kab. Bandung tetap beribukota di kota Bandung, sampai kemudian pindah ke Soreang di selatan Bandung. Pemindahan Ibukota ini berlangsung secara bertahap pada masa pemerintahan Bupati H.D. Cherman Efendi (1985-1990).

Setelah Kota Bandung, menyusul lahir Kota Cimahi sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) yang terpisah dari Kab. Bandung pada tanggal 21 Juni 2001 dan Kab. Bandung Barat pada tanggal 2 Mei 2007. Setelah berpisahnya Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kab. Bandung Barat, maka luas wilayah Kab. Bandung adalah 1.767,96 km2. Relatif masih cukup luas untuk ukuran sebuah kabupaten di Pulau Jawa.

Kab. Bandung sangat kental dengan kultur agraris. Hal ini tampak dari kawasan budidaya pertanian mendominasi lahan yang mencapai 53,22% dari keseluruhan luas wilayah Kab. Bandung. Di luar itu, 33,83% kawasan hutan lindung, 12,44% kawasan budidaya non pertanian dan 0,51% kawasan lainnya.

Kab. Bandung adalah satu dari sedikit kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat yang tidak memiliki wilayah pantai. Wilayahnya sebagian besar berbukit-bukit dengan karakteristik dataran tinggi. Terdapat 3 gunung yang memiliki ketinggian di atas 2.000 mdpl, yaitu Papandayan (2.334 mdpl), Malabar (2.321 mdpl) dan Patuha (2.262 mdpl). 

Dengan kondisi geografis seperti itu menjadi tidak mengherankan jika kultur agraris menjadi sangat kental mewarnai kehidupan masyarakat Kab.  Bandung.

Sampai saat ini Kab. Bandung masih menjadi salah satu lumbung padi Jawa Barat. Pesawahan yang terhampar luas di berbagai wilayah adalah pemandangan yang  masih bisa kita lihat. 

Kawasan Desa Ciparay, Sarimahi dan Sumbersari di Kecamatan Ciparay misalnya, dikenal sebagai penghasil beras dengan kualitas terbaik. Pada musim panen raya, tiap hari berpuluh ton beras Ciparay mengalir ke Cipinang, Pasar Induk Khusus Beras di Jakarta.

Selain beras, Kab. Bandung merupakan penghasil sayur mayur, menjadi pemasok utama pasar Induk Kramat Jati di Jakarta terutama untuk jenis kentang, kubis dan wortel. Wortel Cibeureum dari Kecamatan Kertasari dikenal sebagai wortel dengan kualitas yang terbaik diantara barang sejenis yang berasal dari kawasan pertanian lain di pulau jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun