Mohon tunggu...
Saewan _
Saewan _ Mohon Tunggu... -

Aku ini bukan kamu...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Tamparan" di KRL Jabodetabek

10 November 2011   08:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:50 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Stasiun Kereta jam 12.30

Di loket sudah mengantri calon penumpang KRL Jabodetabek, saya ikut mengantri karena kereta tujuan saya sekitar 15 menit lagi akan berangkat. Setelah dapat tiketnya saya buru-buru turun ke peron karena beberapa menit lagi akan segera diberngkatkan (begitu yang saya dengar dari pengeras suara), hari ini kereta tidak penuh sesak seperti hari biasanya jadi saya bisa memilih tempat duduk, saya memutuskan untuk duduk didekat pintu yang terbuka biar dapat angin supaya sedikit lebih adem, maklum hawa ibu kota lagi panas.

Disebelah kiri saya duduk ibu-ibu dengan segunung belanjaannya dari salah satu pasar grosir terkenal di Jakarta, sedang disebelah kiri saya duduk seorang anak SD kelas 3 katanya, tangannya memegang minuman yang tampaknya sangat menyegarkan untuk disruput diudara yang panas.

Sepanjang perjalanan saya beberapa kali bertanya sama si anak yang duduk di sebelah kiri saya dan dijawab dengan kepolosan seorang anak-anak, menyenangkan...!. Sampai suatu ketika dia berkata dengan gaya polosnya, "...sebenarnya saya takut harus naik kereta setiap hari seperti ini, sendirian lagi Ibu 'gak bisa  nganter karena dia harus ke pasar pagi - pagi sekali, tapi saya harus berani biarpun nanti ada yang nakalin saya...".

PRAKK....!!!! seketika itu saya terdiam mata saya memandang wajah si anak SD tadi, ada tamparan kepada saya dari kata-kata yang dikeluarkan dia, selama ini saya sering menghindari tugas - tugas yang diberikan kepada saya hanya karena saya tidak mau menanggung beban dengan tugas tersebut, sementara si anak ini dia selalu melawan rasa takutnya setiap pagi ketika dia berangkat ke sekolah dan siang harinya ketika pulang sekolah. Tidak ada niat sedikitpun untuk pindah sekolah ataupun bolos.

Ada tamparan yang luar biasa buat saya dari kata - kata si anak SD tadi, saya nggak mau kalah lagi dengan perasaan takut saya. Ini juga mungkin kita sering rasakan, sering kita lebih memilih menghindari masalah ataupun tantangan yang ada dihadapan kita yang sebenarnya belum tentu akan berakhir dengan buruk.

Kereta berhenti dan saya terbangun dari lamunan - lamunan penyesalan, saya lihat kesekeliling gerbong ternyata sudah kosong si anak yang tadi memberikan "tamparan" sudah hilang nggak tahu kemana.

"Terimakasih Dik.... terimakasih untuk hari ini".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun