Mohon tunggu...
Kang Suhandi
Kang Suhandi Mohon Tunggu... Guru - Tinggal di Bogor

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merencanakan Pendidikan Anak

10 Oktober 2023   13:59 Diperbarui: 10 Oktober 2023   15:36 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Investasi amal yang utama bagi orang tua adalah mendidik anak 'sekuat' mungkin. Zaman anak-anak sekarang memang tidak bisa dibandingkan dengan zaman orang tuanya, jawabannya 'PASTI BERBEDA'. Nah, sebagai orang tua, jangan terlalu sering bernostalgia dengan masala lalu yang terbayang keindahan masa belajar dulu. Justru, kita saat ini harus terus daan belajar agar memiliki kekuatan dan kemampuan bertahan 'survive' dalam menjalankan tugas pendidikan anak-anak kita.

Pendidikan anak-anak kita saat ini harus dirancang dan direncanakan, jangan sampai mengalir bak air di selokan. Kenapa? Karena anak-anak kita bukan sampah yang dibiarkan hanyut ke manapun arus air membawanya. Anak-anak kita adalah harapan masa depan kita, masa depan keluarga, masa depan bangsa dan umat ini. Maka, harus didesain dan direncanakan pendidikannya.

Membuat Tabel Rencana Pendidikan Anak

Saya dikaruniai anak 5 orang, 2 laki-laki dan 3 perempuan. Sejak 2021 saya terinspirasi untuk merancang pendidikan anak (tidak ada kata untuk terlambat). Dan ternyata, saya baru sadar bahwa terdapat tahun-tahun dimana seluruh anak saya bersekolah. Dampaknya, yang finansial. Sebagai orang tua juga perlu siap dengan kebutuhan finansial, karena memang sudah sewajarnya itu akan digunakan oleh anak-anak kita dalam menjalani pendidikannya.

Dokpri
Dokpri
Dari kelima anak saya, tahun 2023 sampai 2029 (tujuh tahun) masa-masa puncak kebutuhan fnansial, energi, dan perhatian. Karena, di tahun-tahun tersebut seluru anak saya bersekolah. Baru, tahun 2030 anak pertama direncanakan selesai pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) jenjang S1/D4. Grafiknya akan terus menurun sampai tahun 2040, dimana anak kelima saya [enyelesaikan pendidikan PT, dimana usia saya sudah 61 tahun. Mungkin, di tahun ini saya juga sudah menimang cucu, wallahu a'lam.

Dengan membuat table seperti itu saja, kiat sebagai orang tua sudah tergambar tentang apa saja yang harus kita siapkan, termasuk kesiapan mental atau psiologis. Belum lagi kiat menyadari usia kita semakin bertambah (semakin tua), sehingga tenaga dan kemampuan lainnya tentunya akan berkurang juga.

Pendidikan yang Berbiaya

Mendidik anak zaman sekarang tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan biaya, apalagi sekolah di lembaga yang dilengkapi dengan fasilitas memadai dan layanan pendidikan yang berkualitas. Ada istilah "Ada Barang, Ada Harga". Ya, memang demikian. Seperti kita juga memberi barang-barang kebutuhan, pasti ada harga yang menunjukkan kualitas.

Saya tidak termasuk yang alergi dengan biaya pendidikan. sebagai pelaku pendidikan, memang pendidikan anak-anak kita perlu biaya. Walaupun, saya juga memilikimketerbatasa kemampuan dari sisi biaya pendidikan. strateginya, memilih sekolah yang sesuai dengan jangkauan keuangan kita. Saya juga menghindari "sekolah gratis". Bukan tidak bagus, tapi bagi kita yang memang diberikan kemampuan berupaya agar harta yang dimiliki bermanfaat dan menjadi sodaqoh jariyah untuk pendidikan anak-anak saya. Sekola gratis ada segmen tersendiri dan harus dinikmati oleh kalangan yang layak, terutama fakir miskin dan kaum dhu'afa.

Sebesar apapun uang yang kita keluarkan, maka saya sebisa mungkin niatkan sebagai infak dan sedekah. Apalagi, uang yang kita bayarkan dinikmati fasilitasnya oleh anak-anak kita. Keyakianan akan mampunya kita membiayai anak sangat diperlukan. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim penting kiranya kita selalu memohon pertolongan ALLAH SWT agar memberikan kita rizki untuk mendidik anak-anak kita serta menjadikan anak-anak kita generasi yang shalih yang berada di bawah naungan kasih sayang dan bimbingan hidayah-Nya, AMIN.

Wallahu'alam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun