Mohon tunggu...
teteh chatay pasific...
teteh chatay pasific... Mohon Tunggu... Travailler comme secrétaire chez Cathay Pacific.

Troisième au concours de mangeurs de krupuk, titre de "subRegional Star" à Magic Chess Go Go, troisième à la course de 100 mètres de Java Est.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukang kebun...

18 Oktober 2025   02:22 Diperbarui: 18 Oktober 2025   02:22 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sesi V: Tukang Kebun, Buff Biru Hilang, dan Geng Pocong


Kemenangan Bima di turnamen membuat popularitasnya melesat, dan tentu saja, popularitas pohon mangga di belakang toilet juga ikut naik. Banyak anak mulai ikut-ikutan nongkrong di sana, berharap ketularan skill farming Bima.
"Bima, ini mengganggu!" keluh Kunti, melayang tinggi di dahan. "Banyak sekali manusia di sini! Aku jadi susah fokus scouting! Sinyal gaib-ku terganggu!"
"Sabar, Kak Kunti. Mereka cuma mau lihat tempatku farming," jawab Bima, sambil sibuk tapping layar. Hari ini ia sedang mencoba hero Mage, Lunox.
Tiba-tiba, datanglah Pak Udin, tukang kebun sekolah. Pak Udin membawa gergaji besar.
"Minggir, Nak Bima! Pohon ini sudah terlalu tua dan berbahaya. Bapak disuruh tebang!" kata Pak Udin.
Bima terkejut. "Jangan, Pak! Ini pohon kesayangan saya! Di sini sinyalnya bagus!"
"Sinyal apa? Ini pohon berhantu, Nak! Harus ditebang!"
Kunti melayang turun, wajahnya menampakkan ekspresi marah. "Berani-beraninya dia mau tebang markas farming kita?!"
Kunti pun bertindak. Dia mengarahkan power gaibnya ke gergaji Pak Udin. Gergaji itu tiba-tiba melompat dari tangan Pak Udin dan melayang-layang kencang ke udara, memotong ranting-ranting kecil di sekitar Pak Udin.
"ASTAGHFIRULLAH!" teriak Pak Udin, lari tunggang langgang, meninggalkan gergajinya yang kini tergantung di udara.
"Dasar manusia. Tidak tahu sopan santun," gerutu Kunti.
"Terima kasih, Kak Kunti," kata Bima lega. "Markas kita aman!"
Malam harinya, Bima sedang push rank dari rumah. Kunti datang berkunjung, menembus dinding kamar Bima.
"Bima! Gawat! Buff birumu diambil!" Kunti tampak panik.
"Hah? Aku kan baru respawn! Siapa yang ambil?!"
"Bukan buff game-mu! Tapi Buff Biru-ku!"
"Maksudnya?"
Kunti menjelaskan, "Di dunia gaib, pohon mangga itu punya semacam buff energi. Aku biasa ambil buff itu untuk menambah stamina agar bisa melayang lebih lama. Tapi tadi... buff-nya sudah hilang! Ada yang ambil!"
"Siapa yang berani ambil buff Kuntilanak?"
"Aku curiga... Geng Pocong Cikini!" Kunti berbisik ngeri. "Mereka itu ganker paling ditakuti di dunia hantu! Mereka iri sama kita yang selalu menang rank!"
Tiba-tiba, terdengar suara gluduk-gluduk aneh dari luar jendela. Tiga sosok putih membalut, melompat-lompat menuju kamar Bima. Mereka adalah Pocong Jono, Poci Bobi, dan Poci Caca—si Geng Pocong Cikini.
"Hei, Kunti! Berhenti curang farming sama anak SD!" seru Pocong Jono, suaranya teredam kain kafan.
"Kami tahu kamu pakai cheat vision! Sekarang, berikan kami buff biru itu!" tambah Poci Bobi, melompat semakin dekat.
Kunti marah. "Kalian yang ambil buff-ku! Kalian yang curang!"
Bima, meskipun takut setengah mati, ingat ia adalah seorang Legend berkat coaching Kunti.
"Tunggu!" teriak Bima. "Kalian Geng Pocong Cikini? Build item kalian salah semua!"
Geng Pocong terdiam.
"Jono! Kenapa kamu pakai item movement speed?! Pocong nggak bisa lari, cuma bisa loncat! Itu mubazir Gold!" kritik Bima.
"Bobi! Item Defense-mu cuma satu! Kamu gampang mati kalau kena damage!"
"Caca! Kamu cuma pakai item Attack Speed! Mana Critical Damage-nya?! Pocong itu harus sakit kalau mukul!"
Geng Pocong, yang notabene adalah hantu-hantu kuno yang tak paham meta, langsung nge-lag.
"A-apa itu build?" tanya Pocong Jono bingung.
"Ini namanya strategi! Kalian cuma bisa gank dan curi buff! Tapi farming dan itemization kalian NOL BESAR!" seru Bima.
"Sudah, Bima! Jangan dengarkan mereka! Lawan mereka dengan skill-mu!" kata Kunti.
Kunti dan Bima saling pandang. Kunti mengangguk.
"Aku akan scouting!" Kunti melayang keluar, memberikan Bima vision dari atas.
Bima, sambil terus mengontrol Lunox-nya di HP, berteriak, "Kak Kunti! Tembak mereka dari udara! Serangan skill dua Lunox!"
Kunti yang mengerti maksud Bima, mengarahkan power gaibnya ke tiga Pocong itu. Tiba-tiba, Pocong Jono merasakan sensasi panas di tubuhnya, seperti terkena skill dua Lunox (yang damage-nya sakit).
"AAHH! Panas! Sakit!" teriak Jono.
Bobi dan Caca panik. Mereka berusaha melarikan diri, tetapi karena movement speed mereka memang buruk, mereka hanya bisa melompat-lompat lambat.
"Ambil Lord! Ambil Lord!" teriak Kunti.
Bima yang mengerti code, langsung mengarahkan Kunti untuk mengeluarkan skill terkuatnya (yaitu tawa melengking yang paling horor) ke arah Geng Pocong.
"HIHIHIHIHIHIHIHIHIII!!!!"
Tiga Pocong itu langsung tumbang, tidak kuat menahan damage Ultimate dari Kunti.
"Ampun! Kami menyerah! Kami kembalikan buff birunya!" seru Pocong Caca.
Geng Pocong Cikini pun kabur dengan malu, sambil membawa build item yang salah.
Kunti kembali masuk ke kamar Bima, wajahnya berseri-seri. "Kita menang, Bima! Kita push mereka sampai base!"
Bima menghela napas, bersandar di kasur. "Kita memang tim terbaik, Kak. Sekarang, buff birumu sudah kembali?"
"Sudah! Ayo, kita push rank lagi! Jangan biarkan win rate kita turun gara-gara Pocong noob itu!"
Di tengah malam, persahabatan anak SD dan Kuntilanak itu kembali berlanjut. Mereka bukan hanya teman main, tapi juga pro duo yang siap menguasai Land of Dawn, dan juga dunia gaib di belakang sekolah.

2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun