"Pesan dalam Kotak Bekal"
Di koridor SMA Harapan, aroma kari ayam selalu menguar dari kotak bekal Nayla. Bukan, bukan Nayla yang membawanya. Kotak bekal itu selalu tergeletak di mejanya saat ia kembali dari salat Duha.
Nayla, si pendiam yang selalu berkacamata, tak pernah tahu siapa pengirimnya. Isi bekalnya selalu makanan favoritnya, bahkan terkadang ada sticky notes kecil di dalamnya.
Hari Senin: "Jangan lupa senyum hari ini, Nay. Ujian sejarah tidak seburuk itu kok."
Hari Rabu: "Sudah baca buku yang aku rekomendasikan? Bagus, lho! Itu genre favoritmu."
Hari Jumat: "Lihat ke belakangmu setelah bel pulang. Aku ingin tahu reaksimu."
Nayla sangat penasaran. Siapa pengagum rahasia yang tahu segala hal tentangnya, bahkan makanan kesukaannya?
Saat bel pulang berbunyi, jantung Nayla berdegup kencang. Ia membalikkan badan, namun hanya ada segerombolan siswa yang bergegas pulang. Ia kecewa. Tapi, matanya menangkap sesuatu di papan pengumuman.
Sebuah foto dirinya---saat ia tertawa lepas di acara ekskul---tertempel di sana. Di bawah foto itu, tertulis:
"Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Aku tahu kamu suka dengan pesan di kotak bekal. Aku hanya ingin bilang, keberanian tidak hanya ada di buku. Aku, Bima, si ketua kelas sebelah, suka melihatmu tertawa, bahkan dari jauh. Dan aku akan selalu memastikan kamu makan siang yang enak."
Di samping foto itu, Bima, yang biasanya gagah dan berwibawa, terlihat canggung sambil memegang sebuah kotak bekal yang kosong. Nayla tertawa. Ternyata, keberanian Bima lebih besar dari yang ia duga. Kotak bekal itu, akhirnya, tidak lagi misterius.
2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI