Hari Pertama
Pagi itu, seragam baru terasa kaku, dan dada ini dipenuhi debar yang aneh---campuran gugup dan rasa ingin tahu. Aku melangkah ke gerbang sekolah, lalu pandanganku bertemu dengan seorang anak laki-laki dengan senyum ramah. "Aku Iswandi," katanya, dan di detik itu juga, kami seolah sudah berteman sejak lama.
Iswandi mengajakku ke kelas 2C, sebuah ruangan yang dipenuhi tawa dan aroma buku-buku baru. Kami berbincang hingga perut keroncongan. "Ayo, kita cari mie!" ajaknya. Di warung sederhana dekat sekolah, semangkuk mie hangat terasa seperti hidangan paling lezat di dunia, memupus semua kegugupan yang ada.
Saat kembali, langkah kami terhenti di depan pintu ruang guru. Suara keras Bu Rahayu menggelegar, membuat kami berdua tercekat. Wajahnya yang memerah dan nada suaranya yang tinggi membuat kami bergegas pergi, diam-diam melarikan diri dari kemarahannya yang tak beralasan.
Tak lama setelah insiden itu, aku bertemu dengan Ibu Tedjayanti, yang dengan hangat memperkenalkan diri sebagai Mak E. Sosoknya yang teduh dan penuh kasih langsung membuatku merasa nyaman, seolah ia adalah ibuku sendiri.
Kemudian, datanglah Ibu Trisnawati Dewi. Senyumnya yang lembut dan matanya yang penuh kehangatan langsung menenangkan hatiku. Siapa sangka, di hari itu juga, aku tahu ia akan menjadi wali kelasku di 1C, sosok guru yang akan menemaniku selama satu tahun ke depan, membimbingku di babak baru kehidupanku di sekolah. Hari pertama yang penuh kejutan, tak terlupakan.
2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI