Cerpen: Akhir dari Sebuah Petualangan
Setelah kemenangan yang tidak berdarah, Dadang memutuskan sudah waktunya untuk kembali. Ia tahu, ia tidak bisa tinggal di masa lalu, tidak peduli betapa berharga dan pentingnya ia di sana. Ia sudah memperbaiki kesalahan yang ia perbuat, dan kini, sejarah akan kembali ke jalurnya.
Di hadapan Ratu Wu dan seluruh petinggi kerajaan, Dadang menjelaskan bahwa ini adalah perpisahan. Ratu Wu mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Dadang," katanya, "Aku tidak akan pernah melupakanmu. Kau bukan hanya pahlawan bagiku, tapi juga seorang guru. Terima kasih untuk semua yang telah kau ajarkan."
Dadang tersenyum. Ia memeluk Ratu Wu, lalu memegang papan halma di tangannya. Ia berjalan menuju tempat di mana ia pertama kali muncul, berharap kilatan cahaya yang sama akan membawanya pulang.
"Aku akan kembali, Bu Ratu," bisik Dadang, dan sebuah kilatan cahaya terang menyelimuti tubuhnya.
Dalam sekejap, Dadang kembali ke masa depannya. Ia terbaring di bangku kelas, dengan buku sejarah terbuka di hadapannya. Guru sejarah masih menjelaskan tentang Dinasti Tang, tetapi kali ini, Dadang mendengarkan dengan seksama. Ia tahu, setiap kata memiliki makna yang lebih dalam baginya.
Ia melihat ke jendela. Tidak ada lagi tank, tidak ada lagi drone. Kota kembali normal.
Dadang tersenyum. Ia tahu, ia telah berhasil. Ia telah menyelamatkan dua zaman, dan semua itu berkat pelajaran yang ia dapatkan di sekolah. Ia tidak lagi menganggap pelajaran sejarah membosankan. Baginya, itu adalah petunjuk, kunci untuk memahami masa lalu, dan bahkan masa depan. Ia pun sadar, ia tidak akan pernah melupakan perjalanannya sebagai pahlawan dari masa lalu, seorang anak SD yang mengajarkan seorang Ratu bagaimana caranya memenangkan perang hanya dengan sebuah papan halma.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI