Mohon tunggu...
teteh_chatay_pasific
teteh_chatay_pasific Mohon Tunggu... kerja di Chatay Pasific aja...

------

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Hari kedua pengepungan

11 September 2025   15:19 Diperbarui: 11 September 2025   15:19 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dinasti Tang/dokpri 

Cerpen: Hari Kedua Pengepungan


Hari kedua pengepungan terasa lebih berat. Matahari bersinar terik, seolah ingin menghanguskan semangat para penduduk Kota Chang'an. Dadang, yang kini duduk di sisi Ratu Wu, mengamati semua dari balik jendela istana. Ia melihat wajah-wajah kuyu, bibir pecah-pecah, dan mata yang menatap kosong. Bukan hanya makanan, kini air pun menjadi barang yang sangat langka.
"Ibu Ratu, kenapa semua orang haus?" tanya Dadang dengan polos, tangannya menggenggam mangkuk kosong.
Ratu Wu mengusap kepala Dadang dengan lembut. "Sungai di luar kota sudah dikuasai oleh pasukan selatan, Nak. Mereka menutup semua sumber air kita," jawabnya, suaranya parau menahan rasa lelah. "Kita sudah menghemat, tapi persediaan air di sumur-sumur istana dan rumah penduduk mulai menipis."
Dadang teringat pelajaran sains di sekolah tentang siklus air. Ia ingat gurunya pernah menjelaskan bagaimana air menguap, menjadi awan, dan turun lagi sebagai hujan. Dadang berpikir keras, otaknya yang biasa hanya berisi hafalan lagu kebangsaan kini dipaksa berpikir lebih kreatif.
"Kalau begitu, kenapa kita tidak membuat air, Ibu Ratu?" celetuk Dadang.
Ratu Wu tersenyum pahit. "Andai saja semudah itu, Nak. Para ahli alchemist sudah mencoba, tapi sia-sia," jawabnya, menganggap ucapan Dadang hanyalah celotehan anak kecil.
Namun, Dadang tidak menyerah. "Bukan pakai sihir, Ibu Ratu. Di sekolahku, guru bilang, air bisa dibuat dari uap. Misalnya dari air panas yang kena es, nanti uapnya jadi air lagi. Aku lihat di istana ini banyak wadah tembaga besar, bisa kita gunakan kan?"
Ratu Wu terdiam. Pikiran sederhana dari anak SD itu tiba-tiba membuka sebuah kemungkinan yang tidak terpikirkan oleh para penasihatnya. Ia menatap Dadang dengan pandangan baru, pandangan penuh harapan. "Kau benar, Nak. Mungkin itu bisa berhasil!" serunya, bangkit dari kursinya. Ia segera memanggil para pengawal dan memerintahkan mereka untuk menyiapkan wadah-wadah besar, panci, dan wadah pendingin.
"Kita akan coba cara ini. Jika berhasil, kau akan jadi pahlawan bagi rakyatku," bisik Ratu Wu pada Dadang, matanya berkaca-kaca.
Dadang tersenyum lebar. Ia tidak menyangka pelajaran sains yang selama ini dianggapnya membosankan, kini bisa menjadi kunci untuk menyelamatkan ribuan orang dari rasa haus yang mencekik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun