Mohon tunggu...
M. Hafizhuddin
M. Hafizhuddin Mohon Tunggu... Aktor - Kang Apis

Anggota Komunitas Tidur Berdiri di KRL

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Abadinya Seventeen dalam Ketiadaan

29 Desember 2018   15:00 Diperbarui: 22 Desember 2021   00:44 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grup band Seventeen.(Instagram/Band Seventeen) | Kompas.com

"Pis, idola lo, Pis. Seventeen," kata seorang teman pagi itu saat saya belum sepenuhnya sadar karena baru bangun tidur. Tapi saya tahu mereka sedang membicarakan peristiwa alam semalam.

Seorang teman lain menyahut, "Beni meninggal. Beni, Beni siapa personelnya?"

Saya paham bahwa yang dimaksud adalah Bani, bassist Seventeen. Mereka juga menyebut nama Oki, road manager Seventeen.

Saya pura-pura bingung tak menjawab sembari mengambil ponsel untuk memastikan sendiri.

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun," ujar saya dalam hati saat melihat postingan video dalam akun Instagram sang vokalis Seventeen, Ifan.

Dalam caption di postingannya, Ifan menjelaskan bahwa Herman, Andi, dan istrinya, Dylan, masih hilang kontak. Saya yakin semua yang mendapat kabar tersebut pasti berharap mereka selamat.

***
Sabtu malam, 22 Desember 2018, saya tengah berada di Jatinangor, Sumedang untuk menghadiri syukuran kebersamaan saya dengan rekan-rekan kampus, secara amat sederhana. Meski tak banyak yang hadir, tapi momen itu tetap sangat menyenangkan.

Menyatukan kembali orang-orang yang berpisah selepas kuliah, karena sibuk dengan aktivitas masing-masing adalah waktu yang berharga. Meski terus bertumbuh, guyonan-guyonan khas kami tak pernah berubah. Penuh canda tawa. Saya pikir itu menjadi penutup tahun yang membahagiakan.

Sebagian besar dari kami berkarier sebagai jurnalis, meneruskan passion-nya yang tertanam sejak di kampus. Tak heran kalau masing-masing dari kami hampir selalu update dengan kabar terbaru, dalam situasi apa pun. Termasuk malam itu.

Seusai acara, kami mendapat kabar musibah gelombang air pasang di Serang, Banten. Semua menanti kejelasan apa yang terjadi sebenarnya. Maklum saat itu informasi yang beredar simpang siur.

Sebuah media menyatakan kejadian itu merupakan tsunami. Di sisi lain, BMKG tak mengiyakan, dengan dalih tak ada aktivitas seismik gempa yang mendahuluinya. Itu hanya air pasang yang kerap terjadi saat bulan purnama.

Sambil tetap menunggu informasi terbaru, sekitar pukul 00.30 malam saya dan rekan-rekan memilih menghabiskan malam dengan menonton sepak bola. Selepas pertandingan berakhir, saya yang memang sudah mengantuk, pamit tidur. Tidak terbayang bahwa esok pagi akan disambut kabar duka.

***
Sepuluh tahun silam, Seventeen Band menancapkan (lagi) taringnya di industri musik Tanah Air. Lagu "Slalu Mengalah" kerap dipakai sebagai soundtrack FTV dan mengalun di lapak-lapak VCD bajakan. Saya jadi salah satu orang yang menikmatinya.

Ya, kumpulan MP3 bajakan grup-grup musik Tanah Air merupakan koleksi saya saat itu, berdua dengan kakak. Album "Lelaki Hebat" milik Seventeen hampir selalu ada di tiap edisi MP3 yang dikeluarkan pihak pembajak, selain grup musik Radja, Sheila on 7, atau Dewa.

Singkat cerita, Friendster menjadi medium kami, saya dan kakak saya, untuk mengenal Seventeen lebih jauh. Para personelnya memang begitu aktif di jejaring sosial yang hits pada masanya itu. Mungkin dengan cara demikian mereka banyak menggaet penggemarnya, yang disebut Kawan Seventeen (KS).

Dari situlah saya mulai banyak berinteraksi dengan sesama KS, pun dengan para personelnya saat itu, Ifan (vokalis), Bani (basis), Yudhi (eks, gitaris), Herman (gitaris), dan Andi (drummer).

Program musik "Dahsyat" menjadi awal perjumpaan saya dengan Seventeen. Hingga berlanjut ke perjumpaan kedua, ketiga, dan seterusnya, baik di acara musik maupun sekadar main ke basecamp-nya, di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur.

Dari basecamp itu juga saya mengenal tim manajemen dan kru, Mas Dendi, Mas Resa, Mas Oki, Bang Erick, Bang Ujang, dan lain-lain. Mereka semua senang guyon. Meski hampir selalu memakai Bahasa Jawa, tapi saya bisa ikut tertawa.

Kemudian Kiki, ketua KS pertama, mempercayai saya untuk menangani urusan publikasi, atau mungkin bahasa kerennya saat ini social media officer/admin, yang bertugas untuk menyebarkan info-info mengenai kegiatan Seventeen, baik itu jadwal manggung, pembuatan video klip, dan lainnya.

Oleh karena Friendster meredup dan akhirnya tutup, saya kemudian membuat fanpage Seventeen di Facebook, karena sebelumnya mereka hanya punya halaman grup. Lalu saat Twitter mulai ramai, saya pun membuatkan akun @SeventeenBand.

Sekitar 2010-2011, saya pula yang ikut mengkoordinasi pemesanan merchandise yang saat itu meliputi kaos, CD, poster, stiker, lanyard, dan sebagainya. Menerima pesanan, mengambil barang, mengemas, dan mengirimkannya, seperti jadi rutinitas.

Namun kepindahan saya ke Jatinangor untuk kuliah pada 2012 membuat saya tak aktif lagi. Meski begitu saya masih selalu mengikuti perkembangan mereka, karya-karya mereka. Setiap mengeluarkan album atau single saya pasti langsung cek.

Saya berusaha untuk tetap menjaga kontak dengan mereka meski hanya melalui media sosial. Bahkan hingga November lalu, Mas Andi yang memang paling aktif di Facebook masih menyampaikan ucapan ulang tahun untuk saya.

Januari lalu saya sempat mengutarakan untuk main ke basecamp mereka dan diajari main drum oleh Mas Andi. (tangkapan layar, dok. pribadi)
Januari lalu saya sempat mengutarakan untuk main ke basecamp mereka dan diajari main drum oleh Mas Andi. (tangkapan layar, dok. pribadi)
***
Pagi itu juga, 23 Desember 2018, video kejadian tsunami yang menghantam panggung Seventeen menyebar luas. Saat diperlihatkan oleh teman melalui gawainya, saya tak ingin melihat begitu dekat karena jujur saja takut.

Saya tak menyaksikan dengan detail, tapi jauh dari mata saya, di layar terlihat air dengan volume besar merangsek dari belakang panggung dengan luar biasa.

Saya tak berani mengecek media sosial, karena banyak yang memposting video itu. Bahkan sekadar postingan berita saja saya enggan lihat. Tapi saya ingin tahu kabar terbaru peristiwa ini. Dilematis.


Pada akhirnya, dua hari setelah kejadian, Mas Andi ditemukan dalam kondisi meninggal. Kabar tersebut saya dapatkan dari Instagram Mas Yudhi yang kemudian membuat tangis saya pecah seketika.

Berselang beberapa waktu kemudian, Bang Ifan kembali memposting foto sekaligus ucapan pamitnya grup musik Seventeen dari dunia yang membesarkan nama mereka.

(tangkapan layar Instagram @ifanseventeen)
(tangkapan layar Instagram @ifanseventeen)
Kalau ditanya, kesan apa yang bisa ditangkap dari personal mereka, adalah kerendahan hatinya dan punya spirit yang bagus. Semua kekeluargaan yang tercipta berasal dari kekompakan mereka yang menggembirakan.

Sejujurnya ada fase di mana saya kecewa dengan Seventeen. Namun semua sudah berlalu dan saya menilai Seventeen tengah berjalan ke arah yang lebih baik.

Saya sedikit menyayangkan karena tidak punya banyak foto bersama mereka. Memang kebiasaan saya hingga saat ini juga tak suka berfoto, kecuali difotoin orang. Hehehe.

Akhir perjalanan ini memang sangat di luar dugaan. Namun banyak yang menilai inilah cara yang lebih indah dibanding mereka harus pecah sendiri, membubarkan diri.

Entah seperti apa keputusan manajemen Seventeen setelah ini, menyudahi band ini atau meneruskannya dengan risiko yang tak kecil. Saya rasa setegar apapun Bang Ifan, ia masih akan berat untuk tampil kembali di panggung.

Saya baru tahu dari postingan Mas Dendi bahwa pada 13 Desember lalu mereka mulai mempersiapkan konser ulang tahun Seventeen yang ke-20 pada 17 Januari mendatang.

Kini dalam ketiadaan, Seventeen justru akan abadi dalam kenangan hampir seluruh masyarakat Tanah Air, yang bahkan hingga sebelum kejadian tak mengenal siapa sosok mereka.

Hingga sepekan setelah kejadian tersebut, saya makin sering mendengar lagu Seventeen di mana-mana, terutama lagunya yang berjudul "Kemarin". Bagi saya pribadi, lagu tersebut malah menjadi terdengar tidak nyaman dan sebisa mungkin saya hindari. 

Banyak orang yang melakukan cocoklogi, menganggap lagu dengan lirik dan nada getir yang berkisah tentang kehilangan orang terdekatnya ini adalah sebuah pertanda bagi Bang Ifan. Sebab memang ia lah yang menciptakan lagu "Kemarin". Terlebih video liriknya yang dipublikasikan di Youtube terlihat begitu menyedihkan. Padahal itu lagu dua tahun lalu.

Semua menaruh hormat pada tiap personel, khususnya Bang Ifan. Ia yang turut mengalami kejadian, ia pula yang harus tegar dan ikhlas kehilangan orang-orang terdekatnya dalam waktu bersamaan.

Hormat dan rasa belasungkawa saya haturkan untuk semua keluarga dan kerabat Mas Bani, Mas Herman, Mas Andi, Mas Oki, Bang Ujang, dan Mbak Dylan, yang amat merasa kehilangan. Juga keluarga seluruh korban tragedi tsunami Banten dan Lampung yang tak saya duga jumlahnya mencapai 400-an jiwa. Semoga dikuatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun