Mohon tunggu...
Agus Salim Fajri
Agus Salim Fajri Mohon Tunggu... Guru - Belajar Setiap Saat

Lahir di Desa Kantan Muara, 25 Agustus 1991 *Riwayat Pendidikan: - SDN Kantan Muara 1 - SMPN 3 Pandih Batu - MAN Maliku - Universitas Palangka Raya. *Organisasi yang diikuti: - Pramuka - KNPI - Persaudaraan Setia Hati Terate

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akan Ada Masanya

25 Februari 2021   06:15 Diperbarui: 25 Februari 2021   06:23 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lampu minyak sebagai penerangan sebelum hadirnya listrik. (ziyadatulkhair.rf.gd)

Teknologi semakin canggih dan selalu berkembang setiap saat. Termasuk didalamnya Teknologi Informasi dan Komunikasi atau biasa disingkat TIK. Perkembangan ini tidaklah mencengangkan mengingat manusia merupakan makhluk yang inovatif. Perkembangan teknologi dimaksudkan untuk mempermudah kegiatan kita sehari-hari.

Masih teringat ditahun 90'an sebelum hadirnya listrik di desa ini, suasananya pedesaan masih kental terasa. Orang dewasa pagi hari berangkat ke sawah untuk bercocok tanam. 

Mereka menanam beraneka ragam tanaman seperti padi, jagung, singkong, pisang, dan lain sebagainya. Sedangkan anak-anak pergi bersekolah untuk menimba ilmu.

Sepulang dari sekolah, mereka bermain aneka permainan jaman dulu. Bermain kelereng, tali karet, petak umpet dan lain-lainnya. Di sore hari lapangan tak ubahnya seperti taman wisata yang ramai dikunjungi. Ada yang bermain layang-layang, sepak bola, voli, serta ibu atau bapak yang hanya sekedar melihat dengan menggendong anak balita mereka. 

Aktivitas ini memang tidak rutin setiap hari dan cenderung ada musimnya. Pada musim penghujan anak-anak bermain dengan air hujan, sedangkan musim kemarau mereka mencari ikan di rawa-rawa.

Sore hari menjelang maghrib, anak-anak sudah rapi memakai sarung dan peci, mengenakan mukena dan memeluk Al-qur'an. Mereka berbondong-bondong menuju ke Masjid, Mushola, dan atau rumah guru ngaji. Karena belum ada listrik pada waktu itu, penerangan masih menggunakan lampu minyak serta lampu patromax. Sedangkan untuk bekal menerangi perjalanan pulang, sebagian dari mereka membawa obor.

Menonton bersama dilakukan malam hari di rumah warga yang mempunyai TV serta aki sebagai sumber daya listriknya. Namun setelah masuknya jaringan listrik, pola hidup masyarakat mulai bergeser. Mulai banyak masyarakat yang membeli TV sehingga aktivitas menonton dilakukan di rumah masing-masing. 

Disisi lain anak-anak mulai lebih gemar menonton TV daripada harus mengaji atau belajar. Lambat laun kebiasaan-kebiasaan baru ini muncul dan mengakar di masyarakat.

Era digital saat ini, tak ubahnya seperti masuknya listrik di desa pada akhir tahun 90'an. Sama-sama mengubah kebiasaan masyarakat dan tentu sangat berpengaruh terhadap anak. 

Berawal dari ponsel yang hanya untuk berkirim pesan, kemudian mulai masuknya internet serta ponsel pintar dengan berbaai fitur-fitur menarik. Tentu saja membuat siapapun akan terbuai. Permainan di dunia nyata berubah ke permainan dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun