Akhir Juli 2015, saya berkesempatan mengunjungi Kabupaten Humbang Hasundutan yang di Sumatera Utara. Kunjungan ke kabupaten yang letaknya tak jauh dari Danau Toba itu, adalah untuk meliput kegiatan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang menghadiri peringatan hari jadi kabupaten tersebut yang ke 12.
Usai meliput acara hari jadi Kabupaten Humbang Hasundutan, saya bersama dua wartawan lainnya, tak langsung pulang ke Jakarta, tapi menginap dulu di Medan. Sementara Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo langsung terbang ke Jakarta untuk menghadiri rapat dengan Wakil Presiden.
Karena tak dapat tiket, akhirnya saya, dua wartawan lainnya, ditemani Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Dodi Riatmadji, dan Kabid Humas Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Acho Maddarluemmeng, kembali ke kota Medan, menginap semalam, untuk selanjutnya esok harinya terbang ke Jakarta. Pak Acho, yang pontang panting mencarikan tiket akhirnya memastikan, tiket bisa dapat.
Namun ternyata, tiket yang didapat untuk esok hanya untuk satu orang. Itu pun setelah Pak Acho, bergerilya mencari tiket. Tiket pun diberikan ke Tika, wartawan Tempo yang ikut meliput. Pagi-pagi sekali, Pak Acho sudah berangkat ke Bandara Kualanamu untuk mengantar Tika naik pesawat. Setelah agak siang, Pak Acho datang. Jadi yang tersisa di Medan, hanya saya, Vidi, wartawan Sinar Harapan, Kapuspen Kemendagri, Pak Dodi Riatmadji dan Pak Acho sendiri.
Siangnya saya diajak Pak Dodi makan di rumah makan Melayu Minang yang ada di salah satu sudut Kota Medan. Saya lupa nama rumah makan tersebut. Tapi yang pasti, siang itu saya menikmati lezatnya menu masakan Melayu Minang yang kayak akan bumbu dari rempah-rempah.
Usai Magrib, saya dan yang lainnya diajak Kapuspen menikmati durian di Ucok Durian yang ada di Jalan Sei Wampu, Medan Baru. Terus terang saya baru pertama singgah ke Ucok Durian. Sementara Vidi, pernah singgah saat diajak Marzuki Alie yang ketika itu masih jadi Ketua DPR.
" Wah sekarang sudah gede banget yah, dulu kecil tempatnya," komentar Vidi saat baru tiba di Ucok Durian.
Tempat makan duren paling terkenal seantero Medan itu, bukan 24 jam. Salah seorang supir dari Pemprov Sumatera Utara yang menemani kami ikut menimpali. " Ini mas, mulai buka 24 jam itu sejak bulan puasa kemarin," katanya.
Malam itu, Ucok Durian benar-benar ramai dengan pengunjung. Diujung menggunung tumpukan durian dengan harum yang meruap sepanjang tempat makan. Meja berjejer penuh dengan pengunjung. Kami pun akhirnya mendapatkan satu baris meja. Di temani salah seorang pejabat dari Pemprov Sumatera Utara, kami pun langsung memesan beberapa buah durian. Penasaran saya pun bertanya harga kepada pelayan yang mengantar durian. " Satu durian, 40 ribu bang," jawab si pelayan. Lalu dengan cekatan dia membelah kulit durian. Dan, terbukalah buah durian yang langsung meruapkan wangi khasnya. Benar-benar menggoda.
Tanpa disuruh, saya dan yang lainnya langsung mencomot biji yang masih berbalut daging durian. Dan langsung memasukannya ke mulut. Wuiih benar-benar enak. Saya pun dibuatnya tak bisa berhenti, mencomot dan mencomot lagi.
Sementara Pak Acho, terlihat langsung berhenti. " Kenapa Cho, berhenti? Ayo tambah lagi," seru Kapuspen, Pak Dodi Riatmadji begitu tahu Pak Acho sudah berhenti memakan durian.