Mohon tunggu...
Kang Jenggot
Kang Jenggot Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Hanya orang sangat biasa saja. Karyawan biasa, tinggal di Depok, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi Vs Prabowo, Ini Analisa dari Profesor Politik LIPI

11 April 2019   21:52 Diperbarui: 11 April 2019   22:44 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemungutan suara tinggal menghitung hari menuju ke tanggal 17 April 2019. Pemilu 2019, menarik dicermati. Karena menjadi pertarungan kedua antara dua tokoh yakni Jokowi dan Prabowo. Jokowi, kini berstatus petahana. Sementara Prabowo, kembali jadi penantang Jokowi kedua kalinya. Keduanya dengan pasangannya masing-masing  memiliki kekuatan dan kelemahan.

"Kita lihat sejak awal petahana ini luar biasa. Masih memiliki otoritas, fasilitias dan networking luar biasa. Dengan kondisi seperti itu. Dan sudah satu periode menjalankan tugasnya, tentu tidak ada kesulitan sedikitpun untuk sosialisaikan apapun tentang Pak Jokowi," kata Profesor Riset Ilmu Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, saat jadi pembicara di acara diskusi Topic of The Week  yang bertajuk "Kampanye 02 Sering Diganggu: Tegakkan Fair Play!" di Kantor Seknas Prabowo-Sandi, Jakarta, Rabu (10/4).

Sementara lawan tandingnya, kata Siti Zuhro, Prabowo Subianto harus berjibaku luar biasa menandingi visi misi program petahana dan meyakinkan masyarkaat.  Tentu itu tidak mudah, karena Prabowo bukan petahana. Tetapi akan menjadi mudah ketika petahana tingkat kepuasan publik terhadap kinerjanya  tidak berdampak pada elektabilitas. Siti pun lantas menyoroti soal kebangkitan aspirasi umat yang menurutnya luar biasa. Ia menilai, itu kekuatan bagi Prabowo.

"Dia tidak punya yang lainnya. Bagaimana berjibakunya Prabowo dan Sandiaga. Berapa ribu titik sudah di datangi Sandiaga. Ketika turun tidak elitis. Menunjukkan kedekatannya dengan masyarakat," kata dia.

Di mata Siti Zuhro, saat ini Jokowi bisa dikatakan sedang menghadapi lawan tanding yang tidak main-main. Meski akhirnya masyarakat yang akan memilih dan menentukan. Walau Jokowi sebagai petahana punya otoritas fasilitas dan networking, tapi kalau masyarakat melalui pemilih menginginkan adanya pemerintahan baru, ini tidak bisa dibendung.

"Ya ini resiko dari demokrasi parsipatoris. Kecuali yang memilih MPR. Pemilu 2019 ini memberikan nuansa-nuansa kebaruan yang luar biasa konteksnya. Politik itu momen. Setiap era ada pemimpinnya, setiap pemimpin ada eranya," katanya.

Yang pasti kata Siti, Indonesia butuh seorang pemimpin kuat dan kepempinan yang kuat. Karena dia akan menjaga daerah dari Sabang sampai Merauke. Ia melihat animo masyarakat tetap tinggi kepada Prabowo." Slow but sure animo itu meluas. Ini yang tidak terjadi pada pak Prabowo di 2014. Mau ada apa pun terhadap Prabowo-Sandi, sulit untuk mengalihkan perhatian itu. Karena apa? Karena menjadi petahana bukan seluruhnya mudah. Bukan seluruhnya menjadi menjamin bahwa masyarakat tetap oke terhadap dirinya," ujarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun