Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan keadaan orang yang meninggal yang matanya juga terpejam dan tidak lagi sadar atas keadaannya, kecuali nanti saat mereka sudah dibangkitkan kembali pada hari kebangkitan (yaumu al-ba'ts).
Dengan demikian, perihal yang membedakan kondisi orang meninggal dengan orang yang tidur hanyalah nafas mereka dan kemungkinan mereka untuk dapat segera bangun kembali di alam dunia. Maka dari itu, sangat pantas jika kemudian seseorang yang bangun dari tidur tersebut dianjurkan untuk berdoa:
Alhamdu lillaah alladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihi an-nusyuur. Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah kematian (kecil) kami dan kepada-Nya lah kami kembali.
Dengan membaca doa tersebut seakan kita dilatih untuk dapat belajar menyadari bahwa kehidupan yang Allah berikan kepada kita setelah kematian kecil tersebut sejatinya merupakan salah satu nikmat yang tiada tandingannya.
Selain itu, dengan melaksanakan shalat tersebut hal ini berarti kita telah berusaha untuk mensyukuri kehidupan kita untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah SWT.
Kedua, Nikmat Keimanan
Pada saat kita melaksanakan shalat di waktu fajar secara tidak langsung kita telah menunaikan salah satu rukun Islam yakni shalat, dimana dalam pelaksanaan shalat ini tidak mungkin akan dilakukan kecuali oleh mereka yang memiliki keimanan di dalam hatinya.
Maka dari itu, sepatutnya kita juga dapat menikmati setiap bagian dari rukun-rukun shalat tersebut dengan cara melaksanakannya dengan penuh ketenangan atau kekhusyukan. Kita menikmati setiap rukun dari shalat karena kita masih berkesempatan untuk menundukkan dan menyungkurkan anggota badan kita di hadapan Allah SWT Yang Maha Agung lagi Maha Luas kuasa-Nya.
Dengan sepenuh hati kita tunaikan bagian-bagian dari rukun shalat tersebut sebab kita sadar bahwa kita masih diberi kesempatan untuk dapat menyadari keadaan diri kita yang begitu lemah dan tak memiliki daya apa-apa di hadapan-Nya.
Berbekal kesadaran kita atas hal ini, kiranya kita dapat berlindung kepada Allah SWT atas kebodohan dan keangkuhan diri kita sendiri yang mungkin saja dapat muncul sewaktu-waktu karena adanya kekayaan, kekuatan dan segala kelebihan melekat pada pada diri kita yang tanpa kita sadar bahwa semua itu sebenarnya hanyalah secuil titipan nikmat dari-Nya yang tak lama lagi Dia pun akan mengambilnya kembali.
Kita yang dapat menyadari segala kelemahan diri ketika berada di hadapan-Nya, maka hal tersebut kiranya akan mudah menjadikan kita untuk memasrahkan keadaan diri secara sepenuhnya kepada-Nya sambil memohon kepada-Nya agar kita dilimpahi kekuatan-kekuatan sehingga dapat menjalankan peran kita sebagai wakil (khalifah)-Nya di dunia ini dengan sebaik-baiknya.